Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Ini Dia Ignaty Grinevitsky, Pelaku Bom Bunuh Diri Pertama di Dunia, Sasarannya Tsar Alexander II

Bom bunuh diri pertama dalam sejarah dunia menargetkan Tsar Alexander II dari Rusia. Siapa pelakunya?

Kompas.com/Istimewa
Ilustrasi serangan bom bunuh diri pertama di dunia yang dilakukan Ignaty Grinevitsky untuk menargetkan Tsar Alexander II dari Rusia. [Via AOAV.org.uk](Via AOAV.org.uk) 

TRIBUNJATENG.COM - Bom bunuh diri pertama dalam sejarah dunia menargetkan Tsar Alexander II dari Rusia.

Siapa pelakunya?

Dia adalah Ignaty Grinevitsky.

Baca juga: 2 Pocong Mini Ditemukan dalam Penggalian Situs Watugenuk Boyolali, Diduga Perantara Santet Pemisah

Pada 13 Maret 1881, Ignaty Grinevitsky menjatuhkan bom yang berukuran 5 pon dari jarak dekat ke Tsar Alexander II yang saat itu turun dari kereta kuda anti-peluru.

Ledakan bom itu membunuh mereka berdua di tempat.

Siapakah Ignaty Grinevitsky?

Ignaty Grinevitsky, pelaku bom bunuh diri pertama di dunia. [Via People Pill](Via People Pill)
Ignaty Grinevitsky, pelaku bom bunuh diri pertama di dunia. [Via People Pill](Via People Pill) (Kompas.com/Istimewa)

Ignaty Grinevitsky adalah seorang pejuang kemerdekaan dan revolusioner utama Rusia, anggota People's Will.

Melansir People Pill, Grinevitsky adalah pria kelahiran 1 Januari 1856 di Kalinovka, sebuah desa di Distrik Klichev di Belarus saat ini.

Kaluarga Grinevitsky berasal dari kalangan bangsawan atau szlachta dan bekas pejabat daerah Lithuania.

Menurut temannya, Lev Tikhomirov, Grinevitsky menjuluki dirinya sendiri sebagai seorang Litvin, yang artinya "Lithuania" dalam bahasa Polandia.

Pada 1875, Ignaty Grinevitsky pergi ke Saint Petersburg untuk menempuh pendidikan jurusan matematika di Politeknik.

Tak lama setelah itu, di sana ia bergabung dengan gerakan revolusioner Rusia bernama Narodnaya Volya yang artinya "Kehendak Rakyat".

Pada 1880, sejumlah pemuda Rusia yang terdiri dari Ignaty Grinevitsky, Andrei Zhelyabov, Sophia Perovskaya, dan lainnya melakukan aksi propaganda politik revolusioner di kalangan pelajar dan buruh.

Ignaty Grinevitsky kemudian dikenal sebagai seorang organisator dari Workers' Gazette dan seorang penata huruf di sebuah percetakan rahasia.

 
Plot serangan bom bunuh diri Ignaty Grinevitsky
  

Pada Februari 1881, Ignaty Grinevitsky bergabunug dengan unit pelempar bom yang dibentuk untuk membunuh Tsar Alexander II.

Di malam sebelum pembunuhan terjadi, Grinevitsky sudah menuliskan pesan terakhir.

Pesan dari pria 25 tahun itu berisi, "Alexander II harus mati. Dia akan mati, dan bersamanya, kami, musuh, algojonya, juga akan mati."

"Berapa banyak lagi pengorbanan yang akan diminta negara kita yang tidak bahagia dari anak-anaknya sebelum merdeka?"

"Adalah nasib saya untuk mati muda, saya tidak akan melihat kemenangan kita, saya tidak akan hidup satu hari, satu jam di musim cerah kemenangan kita, tetapi saya percaya bahwa dengan kematian saya, saya akan melakukan semua yang menjadi tugas saya, dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menuntut lebih banyak ke saya."

Pada 13 Maret 1881, Tsar Alexander II bepergian dengan kereta berlapis besi baja yang anti-peluru.

Seorang Cossack bersenjata duduk di sebelah pengemudi kereta yang ditumpangi Tsar Alexander II. Sementara 6 Cossack lainnya mengikuti dengan menunggang kuda di belakang kereta kuda sang raja.

Saat kereta raja Rusia itu mendekati sudut jalan dekat Kanal Catherine, Sophia Perovskaya memberi sinyal kepada Nikolai Rysakov dan Timofei Mikhailov untuk melemparkan bom mereka yang berukuran 2,3 kg.

Serangan bom dari Rysakov dan Mikhailov tidak membuat terluka Tsar yang berada di dalam kereta, hanya membuat 2 orang di sekitarnya yang terluka.

 
Tsar Alexander II yang melihat kejadian bersikeras keluar dari kereta untuk memeriksa para korban yang terluka.

Keputusannya tersebut akhirnya mengundang maut untuk dirinya sendiri, sesaat setelah itu.

Segera Tsar Alexander II keluar dari kereta, Ignaty Grinevitsky melihat kesempatan besar untuk melakukan bom bunuh diri.

Grinevitsky yang sedang bersandar di pagar dekat kanal, mengangkat kedua tangannya dan melemparkan bomnya dari jarak dekat ke arah Tsar Alexander II dan ledakan terjadi.

Tepat sebelum melempar bom, Grinevitsky diduga berteriak "Terlalu dini untuk berterima kasih kepada Tuhan".

Ucapan yang seolah membalas ungkapan syukur dari raja yang cemas terhadap keselamatannya atas serangan bom pertama.

Akibat ledakan itu Tsar Alexander II mati di tempat dan Ignaty Grinevitsky terbaring tak sadarkan diri karena posisinya masih berada di dalam jangkauan ledakan bom.

Grinevitsky segera dibawa ke rumah sakit yang terhubung dengan Winter Palace. Pada pukul 9 malam, dia sadar kembali, tetapi menolak memberikan informasi apa pun kepada polisi.

Ignaty Grinevitsky akhirnya meninggal juga karena luka-lukanya pada pukul 22.30.

Pembunuhan itu dimaksudkan untuk memicu revolusi. Rekan-rekan konspirator Grinevitsky, yatu Nikolai Kibalchich, Sophia Perovskaya, Nikolai Rysakov, Timofei Mikhailov, dan Andrei Zhelyabov, dijatuhi hukuman mati.

Mereka digantung pada 3 April 1881. Mereka dimakamkan di kuburan umum tanpa nama.

Setelah peristiwa itu, Ignaty Grinevitsky dan Tsar Alexander II dikenang sebagai pelaku dan korban bom bunuh diri pertama di dunia.

Kemudian pada 1883 hingga 1907, sebuah gereja dibangun di lokasi pembunuhan Tsar Alexander II, dan diberi nama Savior on the Spilled Blood. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ignaty Grinevitsky, Pelaku Bom Bunuh Diri Pertama di Dunia"

Baca juga: Kepala Sipir Digugat gara-gara Lagu Baby Shark Buat Tahanan Tersiksa di Lapas

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved