BERITA JATENG
Pemprov Jateng Siapkan Rp 10 M Bonus Atlet PON, Peraih Emas Dapat Rp 200 Juta
Pemprov Jateng menyiapkan anggaran sekitar Rp 10 miliar untuk bonus atlet-atlet Jateng yang meraih medali di PON Papua
Penulis: Erwin Ardian | Editor: Erwin Ardian
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Pemprov Jateng menyiapkan anggaran sekitar Rp 10 miliar untuk bonus atlet-atlet Jateng yang meraih medali di PON Papua. Bonus atlet tersebut diperkirakan akan cair awal tahun depan.
Baca juga: Cari Pizza Terjangkau di Kota Semarang? Pizza Story Jawabannya
Baca juga: Polisi Wonogiri Tangkap Ayah Pengantin Waktu Ijab Kabul Anak
Baca juga: Cek! Enam Wilayah di Semarang Ini Tergenang Akibat Hujan Deras, Jangan Sampai Terjebak
Baca juga: Aplikasi Penghasil Uang Poll Pay, Dapat Banyak Hadiah hingga Uag Tunai
Jateng menempati peringkat 6 perolehan medali di bawah Bali pada PON Papua. Peringkat tersebut merosot dibanding PON sebelumnya saat Jateng menempati posisi 4.
Kabid Keolahragaan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng Agung Hariadi mengatakan bonus untuk atlet peraih medali di PON tersebut dimasukkan dałam dana hibah untuk KONI Jateng pada APBD murni 2022. Pihaknya sudah mengalokasikan anggaran hibah ke KONI Jateng senilai Rp 59,160 miliar untuk tahun 2022.
“Di situ ada untuk tali asih (bonus) atlet. Kisarannya sekitar Rp 10 miliar, nanti bisa nain turun, kita rinci lagi. Selebihnya untuk Pra Porprov,” katanya dalam dialog Aspirasi Jawa Tengah “Pembinaan Olahraga Jawa Tengah Pasca PON XX” di studio TATV Solo, Selasa (9/11/2021) malam.
Dengan jumlah alokasi bonus tersebut, dia memperkirakan atlet Jateng peraih medali emas PON akan mendapatkan bonus sekitar Rp 200 juta, sementara peraih perak mendapatkan Rp 150 juta. Atlet-atlet Jateng sendiri meraih 138 medali pada PON Papua, terdiri dari 27 emas, 47 perak, dan 64 perunggu.
“Mudah-mudahan bisa naik, nanti kebutuhan KONI berapa, mudah-mudahan ada tambahan. Para atlet mohon bersabar,” ujarnya dalam dialog yang dipandu Host Nurkholis dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Agung mengucapkan terimakasih kepada seluruh atlet dan ofisial yang sudah berjuang di PON Papua. Soal peringkat Jateng yang turun dan berada dibawah Bali, dia mengakui kontingen Bali tampil lebih baik.
Menurutnya, secara keseluruhan perolehan medali yang diraih papan atas di PON Papua mengalami penurunan dibanding PON sebelumnya. Di antaranya Jatim turun 16,8%, sama dengan DKI Jakarta, Jabar turun 38,7%, dan Jateng turun 21,8%. Namun perolehan medali Papua melesat dari 18 menjadi 93 medali, sedangkan Bali dari 20 menjadi 28 medali.
“Ke depan tentu harus menjadi evaluasi, bagaimana menata prioritas cabor yang berpotensi meraih medali, dan membangun mental juara atlet,” katanya.
Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman menambahkan bonus atlet baru bisa dianggarkan di APBD Jateng murni 2022. Dia memperkirakan bonus untuk atlet Jateng di PON Papua baru akan turun awal tahun depan. “Januari atau Februari Insya Allah sudah bisa direalisasikan,” tandasnya.
Politisi PKB ini mengungkapkan, banyak faktor internal dan eksternal yang menjadi sandungan bagi atlet-atlet Jateng untuk meraih prestasi. Diantaranya waktu penyesuaian di Papua yang hanya sebentar.
“Atlet kita hari ini datang, orientasi lapangan sehari, besoknya langsung tanding, padahal perjalanan juga sudah jauh. Ini yang perlu menjadi evaluasi karena juga menyangkut soal anggaran,” ujar Ketua Pengprov Perserosi Jateng itu.
Dikatakannya, kendala teknis maupun non teknis saat di Papua tak hanya berpengaruh ke prestasi, tapi juga ke mental atlet. Sukirman mengungkapkan, fasilitas asrama yang didapatkan atlet Jateng tidak layak, sementara atlet tuan rumah tinggal di hotel.
“Makanan juga sering telat datang, sarapan pagi jadinya makan siang, makan malam baru datang dini hari. Sarapan pagi yang datangnya tepat waktu ternyata sudah dimasak malam harınya dan kualitas makanannya sudah tidak bagus,” ujarnya.
Sukirman juga mengungkapkan, persiapan atlet menghadapi PON juga terkendala arena Pemprov Jateng tiba-tiba merenovasi kawasan Jatidiri pada tahun 2019. Padahal kawasan tersebut menjadi tempat berlatih atlet dari berbagai cabang olahraga (cabor).
“Tahun 2019 Pemprov merenovasi Jatidiri, entah miskomunikasi atau apa, tiba-tiba membangun, boleh dikata masing-masing cabor kaget. Untung PON mundur menjadi tahun 2021. Renovasi Jatidiri membuat sarana untuk latihan terbengkalai, terhambat,” tandasnya.
Menurutnya, perlu perencanaan matang jika ingin atlet Jateng berprestasi. Walaupun PON event 4 tahunan, pembinaan olahraga harus dilakukan mulai dari sekarang.
Plt Ketua Umum KONI Jateng Bona Ventura Sulistiana mengatakan selama PON Papua, atlet-atlet Jateng sudah berjuang maksimal. Namun ada hal yang sifatnya dinamis menjadi kendala saat berada di Papua.
Di antaranya sebelum berangkat ke PON Papua ada atlet yang terpapar Covid-19. Selain itu, akomodasi belum siap saat atlet tiba. Bona mengungkapkan, ada 6 atlet bulutangkis Jateng yang tidak bisa bertanding karena diminta untuk membela Indonesia di Piala Thomas dan Uber.
“Sementara atlet bulutangkis yang absen di PON tersebut tidak boleh diganti dengan alasan tidak terdaftar sebelumnya. Dan nyatanya atlet-atlet tersebut berhasil meraih Piala Thomas,” ujar Bona.
Selain itu, atlet-atlet wushu Jateng terserang diare dan dehidrasi sehingga harus dirawat. Atlet-atlet tersebut baru cabut infus saat mau bertanding. Diare berat juga membuat atlet wushu Jateng terpaksa memakai popok saat bertanding.
Pengurus KONI, manajer, hingga atlet juga harus dievakuasi dari venue tinju saat pendukung tuan rumah tidak terima atlet Jateng dinyatakan menang lewat penghitungan angka. “Dalam situasi psikologis seperti itu, semangat tanding atlet Jateng tinggi sekali dan ini sudah hasil maksimal,” paparnya.
Namun di sisi lain, ada juga cabor eksibisi tapi menjadi juara umum. Cabor tersebut adalah kickboxing yang meraih 3 emas dan 2 perunggu. Dikatakan Bona, hasil yang diraih di PON Papua akan menjadi bahan evaluasi.
“Perlu pola pembinaan yang berkesinambungan. Selesai PON harus ada persiapan untuk PON ke depan. Ada skala prioritas untuk cabor yang berpotensi meraih emas. Kita juga harus fasilitasi atlet untuk latihan, kalau perlu latihan ke luar negeri tidak masalah. Yang tak kalah penting ketercukupan dana pembinaan dan ketepatan waktu pendistribusian,” ujarnya. (*)
Baca juga: Felicya Angelista Pemilik Scarlet Whittening Bayar Artis Korea Jadi Ambassador, Tarif Rp 400 M
Baca juga: Video Berkedok Jadi Teknisi Telkom, Komplotan ini Nekat Curi Kabel Kerugian Rp 25 juta
Baca juga: Not Angka Pianika Slank Ku Tak Bisa Coba Lari Dari Kenyataan
Baca juga: Chord Bahasa Kalbu