Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Blora

Kisah Warga Blora Hasilkan Rupiah dari Limbah Kayu Jati Bekas yang Disulap Jadi Barongan

Berawal dari coba-coba karena himpitan ekonomi, Joko Lastiyono warga Desa Kamolan, Kecamatan Blora akhirnya bisa menyulap limbah kayu

Penulis: ahmad mustakim | Editor: rival al manaf

TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Berawal dari coba-coba karena himpitan ekonomi, Joko Lastiyono warga Desa Kamolan, Kecamatan Blora akhirnya bisa menyulap limbah kayu jati bekas menjadi barongan mini untuk pajangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Barongan menjadi kesenian yang melekat di masyarakat Blora. Sehingga biasanya barongan yang berukuran 24 centimeter lebih kini hanya dia buat seukuran 8 centimeter dan diperuntukan pajangan ruangan dan mainan anak.

Bermodalkan awal hanya seratus ribu, Joko tampak serius dengan kayu kecil yang tengah dia bentuk. Setelah membentuk mata, hidung dan gigi bagian atas, dia mengambil kayu lagi dan dibentuk setengah lingkaran dan dibentuk gigi bawah. 

Setelah jadi lalu dipasangkan dengan kayu awal tadi dan terbentuk kepala barongan.

“Saya menggeluti ini sejak 7 tahun yang lalu,” ucap Joko saat diwawancarai tribunjateng di kediamannya, Sabtu (13/11/2021).

Pria berkacamata ini sebelumnya bekerja di gudang dengan produk membuat pupuk, kemudian mendapatkan inspirasi membuat barongan dengan ukuran mini.

“Jujur saya hanya coba-coba, tak pasarin sendiri. Abis dari kerja di gudang, pulang terus buat ginian,” ungkapnya.

Selama ini barongan selalu identik hanya dimiliki para seniman barongan. Kini, ditangan Joko, barongan meski ukurannya kecil bisa dimiliki masyarakat secara umum dengan harga yang terjangkau pula.

“Saya membuat barongan kecil ini diperuntukan untuk pajangan ruang tamu atau perkantoran. Ternyata peminatnya banyak,” kagetnya.

“Yang kecil 30-35 ribu eceran, yang sedang antara 100-150 ribu, kalau ada 12 biji, kena 17,5 ribu, kalau 50 biji 15 ribu,” jelasnya.

Penjualannya mulai meningkat saat barongan buatannya itu dipromosikan oleh bupati Blora saat ini Arief Rohman yang saat itu masih menjabat wakil bupati. 

‘’Karena dipromosikan pak Arief barongan buatan saya semakin dikenal dan banyak pesanan,’’ ujar bapak satu anak ini.

Melihat proses awalnya membuat barongan ini cukup berat. Sebab dirinya tidak memiliki alat memadai. Untuk membuat bentukan bulat kepala barongan dirinya lakukan dengan manual dengan kater secara teliti dalam proses pemotongan, jika salah bisa-bisa tangannya terkena. 

Setelah penjualan lancar dan pesanan banyak dirinya bisa memeli mesin bubut. 

‘’Bukan hanya membeli mesin bubut, karena penjualan barongan mini ini saya bisa beli motor,’’ ujarnya sambil menunjuk motor yang ada di depan rumahnya.

Dalam membuat barongan mini ini, dirinya mengunakan bahan limbah kayu jati yang dibelinya dari industri furniture, dari limbah kayu itu dia bentuk sedemikan rupa. 

“Dari industri kayu. Industri furniture, mebel juga,” ujarnya.

Untuk membentuk rambut barongan dirinya membuat dengan dua bahan. Pertama, membuat dari rambut sintetis kemudian dengan benangwol. 

“Untuk kulit barongan dia menggunakan kain flanel, untuk boneka mata dia buat dari resin yang dibentuk bulat kecil. Untuk mata harus diamplas dulu. Sementara untuk motif corak loreng kita menggunakan spidol hitam dan pernak pernik,” terangnya.

Bapak satu anak ini, sebenarnya sebelum adalah seorang seniman barongan juga sejak 2000 lalu. Sebelumnya juga banyak inovasi barongan yang dilakukan, dirinya pernah membuat barongan seukuran truk dan membuat barongan untuk gantungan kunci. 

‘’Untuk gantungan kunci itu saya buat di 2002, tidak saya lanjut karena harga tidak cocok dengan proses pembuatan yang cukup rumit,’’ bebernya.

Setelah kepala barongan lengkap dengan bentuk macan, rambut dan mahkotanya. Kemudian bawahnya diberi tiang kecil untuk barongan itu bisa berdiri. Kemudian ditutup dengan kain hitam yang khas dengan barongan.

“Pakai spidol putih untuk ngecat giginya, lebih irit. Kalau pake cat teknik pengerjaanya lama, lebih tinggi biayanya nambah,’’ ungkapnya.

“Pangsa pasar, lokalan, toko cepu, kunduran, kaliwangan, di godong, luar jawa di sumatra, di kalimantan, orang kopra,” imbuhnya.

Saat ini untuk barongan buatannya selain dijual di toko-toko di Blora juga dijual di media social seperti facebook, instagram dan juga memanfaatkan tiktok. Bahkan sampai ekspor ke luar negeri.

Dirinya juga sudah banyak menerima penghargaan karena karyannya tersebut.

“Alhamdulillah kemarin buat souveniran orang-orang Kopra (Komunitas perantau Blora) sudah dibawa temen di malaysia, sama yang dibawa temen di belanda itu,” ucapnya. (kim)

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved