Berita Semarang
Karya Mahasiswa UPGRIS Semarang: Olah Limbah Buah Jadi Produk Pengharum Ruangan
Di tangan sejumlah mahasiswa UPGRIS, limbah kulit buah dapat diolah jadi pengharum.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Selama pandemi Covid-19 produksi sampah rumah tangga kian bertambah, di antaranya limbah kulit buah.
Di tangan sejumlah mahasiswa Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), limbah kulit buah dapat diolah menjadi produk pengharum ruangan.
Kelompok mahasiswa UPGRIS tersebut berasal dari Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) UPGRIS.
Mereka mengelola limbah kulit buah dalam pembuatan eco enzym, yakni larutan zat organik kompleks diproduksi dari hasil fermentasi limbah organik yang tentunya kaya manfaat.
Tim PMK-K diketuai Eka Nurafina dan beranggotakan Alifia Hasna Azzah Fillah, Handini, dan Sekar Dian Pawestri.
Tim tersebut dibimbing secara langsung oleh dosen pembimbing tim PKM-K UPGRIS, Dr Ling Maria Ulfah, SSi MPd.
Ketua tim Eka Nurafin mengatakan, mengumpulkan sampah kulit buah dari sejumlah outlet jus buah di Kota Semarang dan dapat pula diperoleh dari sampah dari rumah tangga.
Sejauh ini, limbah kulit buah tersebut hanya dibuang dan belum dimanfaatkan.
Padahal limbah kulit buah semisal tidak dikelola dengan baik, maka semakin lama akan terbuang sia-sia.
Maka, pihaknya berusaha memanfaatkan kulit buah itu untuk memproduksi ecos air.
Yakni produk air freshener atau pengharum udara dengan bahan dari essential oil yang berbasis eco enzyme.
"Diharapkan selain dapat mengurangi pencemaran limbah kulit buah yang terbuang sia-sia, hal itu bisa menjadi peluang usaha dari penjualan Ecos Air,” katanya,Jumat (3/12/2021).
Ia menjelaskan, hasil dari olahan eco enzyme itu dibuat menjadi produk pengharum ruangan atau air freshener yang ramah lingkungan.
Selain itu, masih banyak sekali manfaat yang diperoleh dari produk tersebut seperti dapat membunuh kuman, bakteri dan virus.
Sebab, mengandung asam asetat serta beberapa enzim seperti enzim lipase, tripsin dan amilase.
"Tak hanya itu, zat juga dapat menghilangkan bau asap rokok," ungkapnya.
Ia menuturkan, tak sulit untuk membuat pengharum ruangan berbahan limbah kulit.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan seperti sisa kulit buah yang masih segar seperti jeruk, apel, air, gula aren dan aromatic atau essential oil.
Essential oil berupa kopi, peppermint, lavender, green tea dan jeruk.
Sedangkan untuk alatnya ada pisau, toples besar berbahan plastik, baskom, sendok makan, timbangan digital, saringan, corong, botol kaca, alat pengukur pH dan spidol.
Proses pembuatan eco enzyme dilakukan dengan empat tahap.
Proses tersebut diawali dengan menambahkan 10 bagian air kedalam toples yang terbuat dari plastik atau isi 60 persen air dari isi toples.
Jika volume wadah 10 liter maka isi air maksimal 6 liter.
"Tak lupa, tambahkan satu bagian gula aren 10 persen dari jumlah air atau sekitar 600 gram,” katanya.
Sementara, anggota tim PMK-K, Allifa Hasna menjelaskan, proses pembuatan dimulai dari memasukkan sisa kulit buah-buahan yang masih segar hingga mencapai 80 persen wadah toples 10 liter yaitu sekitar 1800 gram.
Aduk rata semua bahan hingga tercampur. Setelah itu toples ditutup, dan diberi tanggal pembuatan.
Dalam proses fermentasi ini membutuhkan waktu selama 3 bulan.
"Jangan lupa buka tutup toples, setiap hari untuk mengeluarkan gas selama 1 bulan pertama. Setelah dibuka tentu ditutup kembali,” tuturnya.
Setelah eco enzyme sudah siap, dilanjutkan proses pembuatan essential oil berbasis eco enzyme menjadi air freshener.
Larutan essential oil berbasis eco enzyme yang sudah jadi, cukup ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1000.
Yakni 1 mililiter larutan eco enzyme dicampurkan, ke dalam 1000 mililiter air atau 0,5 mililiter larutan eco enzym mencampurkan ke dalam 500 mililiter air.
Masukkan larutan tersebut, ke dalam botol semprot menggunakan pipet plastik untuk membersihkan udara dari kuman dan bakteri serta dapat menghilangkan bau.
Kemudian, pada saat fermentasi berusia dua bulan tambahkan 10 persen bahan aromatic berupa coffee, peppermint, lavender, green tea atau jeruk.
"Tambahkan bahan aromatic ke dalam larutan eco enzyme melalui bantuan alat ataupun diaduk manual lalu fermentasi kembali selama satu bulan," bebernya.
Menurut Hasna, selepas tiga bulan larutan eco enzyme siap dipanen, dengan cara disaring sehingga limbah organik yang tersisa tersaring.
Larutan ini, yang nantinya digunakan sebagai bahan pengharum ruangan.
Sebelum dipanen pada hari ke 90 melakukan pengukuran pH terlebih dahulu pada eco enzyme guna memastikan kestandaran hasil fermentasi yang baik.
"Eco enzyme yang baik mengandung pH dibawah 4.0 dan memiliki aroma asam segar khas fermentasi,” paparnya.
Sementara itu, dosen pembimbing tim PKM-K UPGRIS, Dr Ling Maria Ulfah SSi MPd mengatakan, tim PKM-K Ecos Air yang menciptakan pengharum ruangan dari limbah kulit buah ini didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mereka berhasil menciptakan inovasi terbaru sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Melalui inovasi tersebut, ia berharap produk karya mahasiswanya dapat diterima di masyarakat luas.
"Selanjutnya produk air freshener ecos air ini juga dibuat dengan inovasi desain kemasan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga layak jual," imbuhnya saat dihubungi Tribunjateng.com.
Selain, sebagai pengharum ruangan, ecos air memiliki keunggulan yang cukup banyak antara lain sebagai desinfektan dan pembersih barang-barang.
Saat ini, produk tersebut sudah dipasarkan secara online seperti WhatsApp, Instagram, Shopee, dan Facebook.
Sambutan dari masyarakat cukup bagus, hal itu bisa dilihat dari banyaknya pesanan di platform Instagram ecosair_.
"Semisal pandemi sudah berakhir, nantinya pemasaran produk ecos air ini akan diperluas promosi dan penjualannya agar dapat dikenal oleh masyarakat," tandasnya. (*)
