OPINI
OPINI : Membangun Kecerdasan Ekologis Memanfaatkan Air Hujan
MUSIM hujan hampir identik dengan adanya bencana. Apalagi adanya pengaruh perubahan iklim yang mengakibatkan tingkat curah hujan menjadi tinggi
Kearifan lokal yang telah dipraktikan oleh masyarakat adat atau masyarakat tradisi yang berhubungan dengan konsep sustainability (kesinambungan).
Sedulur Sikep
Misalnya praktik kearifan lokal masyarakat Samin (sedulur sikep). Pada sedulur sikep mengajarkan penyandaran pada sawah (bumi) sebagai tempat yang paling tepat untuk menanamkan (mewarisi) kognisi ajarannya pada anak-anak mereka.
Mereka memaknai tanah sebagai “Ibu”.
Pada masyarakat Samin menganut pola sikep rabi yaitu masyarakat yang bertumpu pada alam dan alam pertumpu pada manusia.
Mereka mengutamakan harmonisasi hidup dengan alam yaitu dengan mengambil atau memanfaatkan sesuai kebutuhannya saja. Sikap ini sebagai wujud pelaksanaan dari lima prinsip dasar ajaran sedulur sikep (adeg-adeg) yaitu
(1) ojo drengki srei, tidak boleh memiliki rasa dengki, iri,
(2) ojo dakwen panasten, yaitu tidak boleh memiliki rasa curiga terhadap sesama,
(3) ojo bedhog colong, tidak boleh mencuri,
(4) ojo methil jumput, mengambil sesuatu yang bukan haknya,
(5) ojo nemu, tidak boleh mengambil barang orang lain yang terjatuh karena bukan miliknya (Sugihardjo, 2013).
Selanjutnya untuk menumbuhkan kecerdasan ekologis, siswa dapat diajak untuk mengunjungi lokasi masyarakat tradisi terdekat dari sekolah sehingga siswa melihat langsung bagaimana masyarakat tradisi dalam menjaga sumber airnya.
Kearifan lokal
Selain internalisasi nilai kearifan lokal, praktik penumbuhan kecerdasan ekologis dapat melalui praktik di sekolah.
Misal untuk mengurangi konsumsi air kemasan. Siswa diminta membawa botol minuman refil (isi ulang) dari rumah dan mengajurkan untuk mengurangi konsumsi minuman berpengawet dan berpemanis buatan dengan air putih.