Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

10 Keluarga Terancam Perluasan Kawah Siglagah Tolak Relokasi : Selama Masih Aman Kami Masih Bertahan

Sejumlah 10 keluarga di Dukuh Rejosari, Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, terancam perluasan Kawah Siglagah, Gunung Sipandu.

Penulis: dina indriani | Editor: Catur waskito Edy
PVMBG
Kawah Siglagah saat menyemburkan lumpur, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJATENG.COM, BATANG -- Sejumlah 10 keluarga di Dukuh Rejosari, Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, terancam perluasan Kawah Siglagah, Gunung Sipandu.

Pasalnya, jarak rumah mereka cukup dekat dengan Kawah Siglagah, yaitu sekitar 10 meteran. Namun, mereka menolak relokasi yang ditawarkan oleh Pemkab Batang.

Satu di antara penolak relokasi itu, Ahmad Muholil, beralasan, saat ini lokasi sekitar rumah situasi masih terhitung aman.

"Alhamdulillah tidak takut, bagaimana pun di sini (Dukuh Rejosari, Pranten—Red) merupakan tanah kelahiran kami, jadi ya dipertahankan,” kata Muholil saat ditemui Tribun Jateng di kediamannya, Rabu (15/12).

Muholil mengakui, dalam dua bulan terakhir memang sering terdengar suara dentuman dari Kawah Siglagah.

“Tapi, warga sini menganggap sudah biasa, masih aman. Memang ada rasa takut karena di sini juga rawan longsor," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, memang ada kawah-kawah kecil yang menyebar di sekitar lokasi dekat Kawah Siglagah.

"Kemungkinan ada sekitar 15 titik, tapi itu kawah-kawah kecil dan selama ini masih tidak terlalu berefek (pada warga).

Mudah-mudahan kami tidak perlu pindah karena kami sudah tenteram hidup di sini," ujarnya.

Namun, kata dia, jika memang kondisi lebih parah atau kawah-kawah kecil semakin melebar, pihaknya akan mengikuti anjuran Pemkab Batang.

"Kalau untuk saat ini kami masih akan tetap tinggal, tapi kalau seandainya lebih parah lagi. Di sini ada Pemkab, maka kami akan mengikuti anjurannya," jelasnya.

Terkait relokasi, Sekretaris Desa Pranten, Ela Nurlaila menyebut, sempat ada miskomunikasi antara Pemerintah Desa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Kabupaten Batang. Awalnya, kata Ela, warga antusias mendapat bantuan lewat rumah sistem panel instan (ruspin).

"Dulu (pemilik) 10 rumah itu memang menghendaki relokasi, tetapi makin ke sini mereka berpikir untuk hak atas tanah yang nantinya dibuat relokasi," jelasnya.

Saat ini, kata dia, 10 keluarga bertahan di bawah tebing Kawah Sipandu. "Ke-10 rumah itu sudah bersertifikat hak milik, sedangkan rencana tukar guling antara tanah kas desa dan tanah hak milik warga butuh proses yang lama," imbuhnya.

Dia menambahkan,untuk deteksi peringatan dini bencana, Pemdes, PT Geodipa dan BPBD telah berkoordinasi dengan memasang peralatan deteksi bencana.

"Sudah ada alat pendeteksi bencana dari PT Geodipa, kemudian dari BPBD juga sudah memasang lampu sorot untuk pemantauan jika terjadi longsor, warga juga sudah diberikan beberapa pemahaman terkait simulasi penyelamatan diri jika terjadi bencana," imbuhnya. (din)

Baca juga: Mucikari Jual Gadis 17 Tahun Rp 1,2 Juta Sekali Kencan, Uang Dimakan Sendiri, Alasannya Bikin Geram

Baca juga: Nobar di Kediaman Keluarga Arhan Pemain Timnas Indonesia Asal Blora, Indonesia Vs Vietnam

Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah: Cegah Preeklamsia untuk Tekan Angka Kematian Ibu

Baca juga: Rayuan Maut RA Ngaku ASN Ngapel Pakai Seragam, Pria Ini Terpedaya Habis-habisan, Ratusan Juta Raib

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved