Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Kolonel Penabrak Sejoli Mendekam di Tahanan Tercanggih, Panglima TNI Pastikan Sidang Digelar Terbuka

Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan, saat ini oknum TNI yang terlibat dalam kasus tabrak lari di Nagreg Jawa Barat

Pendam XIII/Merdeka
Kolonel Inf Priyanto saat dibawa dua anggota penyidik Polisi Militer di Bandara Sam Ratulangi Manado menuju Bandara Soekarno Hatta. Kolonel Priyanto adalah penabrak Handi dan Salsabila dan yang memerintahkan keduanya dibuang ke Sungai Serayu. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan, saat ini oknum TNI yang terlibat dalam kasus tabrak lari di Nagreg Jawa Barat, Kolonel Infrantri Priyanto, ditahan di fasilitas tahanan militer tercanggih di Jakarta.

Selain itu, dua oknum TNI lain yang juga diduga terlibat dalam kasus yang menewaskan dua orang sejoli tersebut juga telah ditahan masing-masing di Bogor dan di Cijantung.

"Saat ini Kolonel P ada di tahanan militer yang tercanggih, yang kita sebut smart, yang baru tahun lalu kita resmikan.

Nah kemudian satu anggota Sertu AS itu ada di Bogor, dan satu lagi DA itu ada di Cijantung," kata Andika kepada wartawan di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta pada Selasa (28/12).

Diberitakan sebelumnya, saat menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Andika meresmikan Smart Instalasi Tahanan Militer berteknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan pertama dalam sejarah TNI AD.

Bersama dengan sejumlah pejabat di jajaran TNI AD, Andika meresmikan Smart Instalasi Tahanan Militer di Markas Pomdam Jaya Jakarta pada Selasa (20/4) tahun ini.

Andika menjelaskan, program perdana tersebut sengaja ditempatkan di Markas Pomdam Jaya di antaranya karena Jakarta merupakan tolok ukur bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

Selain itu, kata dia, Jakarta merupakan tempat tugas personel TNI AD dengan jumlah terbanyak.

"Jadi karena ini program perdana dan Jakarta sebagai barometer dan dari segi jumlah personel pun paling banyak,

oleh karena itu kami tempatkan di polisi militer Kodam Jaya. Jadi saya titip kepada seluruh pejabat di polisi militer Kodam Jaya untuk benar-benar memanfaatkan kelebihan dari instalasi Tahanan Militer," kata Andika usai peresmian.

Instalasi tahanan militer tersebut, kata dia, mampu menampung 83 orang.

Fasilitas intalasi tahanan militer tersebut berbasis Information Communication Technology (ICT).

Artificial Intelligence yang ditanamkan dalam sistem instalasi tahanan militer tersebut memungkinkan petugas menganalisa setiap gerak gerik para tahanan di dalamnya.

"Karena segala bentuk gerakan itu ada analisisnya dan analisisnya dilakukan langsung oleh artificial intelligence. Jadi sudah automatis," kata Andika.

Pintu utama instalasi tahanan militer tersebut sudah dilapisi dengan sistem keamanan berlapis yang dilengkapi dengan sistem inspeksi kolong kendaraan.

Alat pemindai x-ray dan detector logam ditempatkan di pintu pengunjung untuk mempersempit celah penyelundupan barang kedalam ruang tahanan.

Kamera CCTV juga ditempatkan di setiap sudut ruangan untuk memantau setiap kegiatan.

Kamera CCTV tersebut juga berbasis kecerdasan buatan yang dapat mengirimkan sinyal apabila ada kegiatan tak wajar.

Tahanan di instalasi militer tersebut dikenakan gelang pengenal yang juga berfungsi untuk memantau gerakan para warga binaan.

Digelar Terbuka

Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa juga memastikan persidangan terhadap tiga oknum TNI yang terlibat kasus tabrak lari di Nagreg Jawa Barat beberapa waktu lalu akan digelar terbuka.

Andika menegaskan, dalam penanganan kasus yang menewaskan korban Handi dan Salsabila tersebut tidak ada hal yang ditutup-tutupi oleh TNI.

"Kami tidak ada peradilan yang kemudian tertutup, jadi kalau ada rekan-rekan media yang mau mengawal pun kami persilahkan, kita pasti buka, tidak ada yang kami tutupi," kata Andika kemarin.

Sementara itu, Koordinator Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol), Andy Suryadi menyebut, tragedi pembungan sejoli korban tabrak lari tersebut menjadi bukti betapa aparat di Indonesia baik TNI maupun Polri tak peka bermedia sosial.

Rendahnya kepekaan aparat yang dimaksud dosen Unnes itu bukan berarti aparat gaptek sehingga tak bisa bermain media sosial. Akan tetapi aparat tak paham aktivitas mereka dapat direkam.

Kemudian rekaman tersebut dapat dijadikan tekanan atau menyerang balik ke mereka melalui kanal media sosial.

"Sikap aparat yang arogan di jalanan maupun tindakan yang kurang pas di jalan dengan mudah direkam dan dijadikan bukti untuk menyerang balik dari apa yang mereka lakukan," terangnya saat dihubungi Tribun Jateng.com, Senin (27/12/).

Ia menyebut, telah banyak kasus yang viral di media sosial yang melibatkan aparat TNI dan Polri tapi tak bikin aparat kapok. (gita/tribunnetwork/iwn/cep)

Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD Tema 8 Halaman 173 174 175 176 177 dan 178 Aku Suka Berkarya

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Rabu 29 Desember 2021 Turun Rp 2.000 Per Gram, Ini Daftar Lengkapnya

Baca juga: Tambang Emas Runtuh di Sudan, 31 Orang Tewas dan 8 Lainnya Hilang

Baca juga: Prediksi Timnas Indonesia Vs Thailand Final Piala AFF, H2H, Susunan Pemain dan Link Live Streaming

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved