Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Headline

BERITA LENGKAP : Vaksin Booster Gratis, Lansia dan Nakes Jadi Prioritas

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa vaksin dosis ketiga atau booster yang akan diberikan kepada masyarakat dipastikan gratis

ccnull.de
Ilustrasi Vaksin moderna. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa vaksin dosis ketiga atau booster yang akan diberikan kepada masyarakat dipastikan gratis.

Namun, Presiden menyebut, saat ini yang diprioritaskan adalah tenaga kesehatan, lansia dan kelompok rentan lainnya.

"Saya telah memutuskan vaksin ketiga ini gratis bagi seluruh masyarakat Indonesia," kata Jokowi saat konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/1).

Menurut Presiden, kebijakan ini diambil karena keselamatan rakyat adalah yang utama.

Kepala Negara juga mengingatkan masyarakat tetap berdisiplin menjaga protokol kesehatan, meski telah divaksinasi.

"Meski sudah divaksin saya ingatkan masyarakat disiplin prokes menjaga jarak cuci tangan karena vaksinasi dan disiplin prokes merupakan kunci atasi pandemi," ucap Jokowi.

Sebagai informasi, vaksin ketiga atau booster akan diberikan kepada masyarakat berusia 18 tahun ke atas yang telah mendapatkan vaksin dosis kedua dengan jangka waktu lebih dari enam bulan. Diketahui, pelaksanaanya dimulai pada Rabu (12/1)

Vaksinasi booster diberikan kepada kabupaten/kota yang capaian vaksinasinya telah memenuhi kriteria 70 persen dosis pertama dan 60 persen dosis kedua.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kombinasi vaksin yang akan diberikan sebagai berikut:

Pertama untuk vaksin Sinovac atau vaksin pertama dan kedua Sinovac akan diberikan vaksin booster-nya setengah dosis Pfizer.

Kedua, untuk vaksin primer Sinovac akan diberikan booster setengah dosis AstraZeneca.

Alternatif ketiga, vaksin primer AstraZeneca akan diberikan vaksin boosternya setengah dosis Moderna.

Budi menegaskan, kombinasi awal dari vaksin booster akan diberikan berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada dan juga hasil riset yang sudah disetujui oleh Badan POM dan ITAGI.

"Nantinya bisa berkembang tergantung terhadap hasil baru yang masuk ke juga ketersediaan vaksin ada seluruh kombinasi ini sudah mendapatkan persetujuan dari BPOM dan juga rekomendasi dari ITAGI ini juga sudah sesuai dengan rekomendasi WHO," jelas dia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyetujui vaksin Covid-19 untuk Booster. Kepala BPOM Penny K Lukito menyebutkan pihaknya akan terus melakukan pengawasan sesuai tugas dan fungsinya.

"Seluruh UPT kantor kami di seluruh daerah, melakukan pendampingan pengawasan pada distribusi vaksin booster. Tentunya dengan vaksinasi premier yang sedang berlangsung," ujarnya.

BPOM akan fokus melihat kelayakan dari vaksin. Misalnya dikaitkan dengan tanggal kadaluarsa, cara penyimpanan, terutama fasilitas penyimpanan vaksin.

"Jika diperlukan kami akan melakukan sampling, pengambilan sampling, pengujian dengan aspek mutunya dari vaksin tersebut," kata Penny menambahkan.

Selanjutnya, BPOM mengatakan melakukan pengkajian mutu jika timbul sesuatu hal yang berkaitan dengan kualitas dan efikasi dari vaksin tersebut.

"Kalau ada kejadian KIPI yang serius di beberapa tempat dan diputuskan oleh Komda, Komnas KIPI, jika perlukan BPOM akan melakukan pengujian terhadap vaksinasi. Apa bila dikhawatirkan terkait dengan kualitas, mutu, keamanan, efikasi dari vaksin tersebut," pungkasnya.

Puncak Kasus Omicron

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memprediksi puncak kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia akan terjadi pada awal hingga pertengahan Februari 2022.

Lonjakan kasus itu bahkan diprediksi bisa mencapai 60 ribu kasus dalam sehari.

Prediksi jumlah itu lebih tinggi dari rekor penambahan kasus harian yang terjadi pada 15 Juli dengan 56.757 kasus, akibat sebaran varian Delta yang telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia.

"Bisa sampai 40-60 ribu kasus ya, dan [prediksi] puncak kasus sekitar minggu pertama atau kedua Februari 2022," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Selasa (11/1).

Nadia melanjutkan lonjakan yang diduga dapat memicu gelombang tiga Covid-19 di Indonesia itu juga disumbang oleh gelombang sebaran kasus varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau Omicron di Indonesia.

Kemenkes mencatat sejauh ini kasus varian Omicron di Indonesia telah mencapai 414 kasus. Kendati mayoritas imported case atau berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, namun 50 kasus di antaranya merupakan kasus transmisi lokal.

Namun demikian, berdasarkan penelitian global sejauh ini karakteristik Omicron tidak menyebabkan perburukan gejala sehingga diharapkan tidak menyebabkan kolapsnya fasilitas kesehatan di Indonesia.

"Sebagian besar kasus Omicron berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. Karena itu masyarakat diharapkan menunda dahulu jika ingin pergi ke luar negeri," ujarnya. (Tribun Network/rin/yud/ais/wly/cnn)

Baca juga: Info Gempa Hari Ini: Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Maumere NTT

Baca juga: Tak Cukup Dzeko, Inter Milan Ingin Membajak Gelandang Jose Mourinho di AS Roma

Baca juga: Warga Serang Temukan Bayi di Area Persawahan, Berawal Dengar Suara Tangisan

Baca juga: Terdakwa Kasus Pemerkosaan 13 Santriwati Dituntut Hukuman Mati dan Kebiri

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved