Smart Women
Dorongan Perasaan Senasib, There Jadi Relawan Kemanusiaan Terinspirasi Putri Semata Wayangnya
Theresia Retno Widayatsih mendermakan diri dalam kegiatan sosial mulai dari pendampingan kelompok difabel hingga aksi penghijauan.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: moh anhar
There menyampaikan, aktif mendampingi orang-orang difabel persisnya dimulai sekira tahun 2012.
Tidak hanya orang penderita kanker tulang, melainkan juga mereka korban kecelakaan lalulintas maupun kecelakaan kerja sebagian diantaranya diangkat menjadi anak asuh terutama yang tidak memiliki orangtua.
Lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang tersebut melanjutkan, konsisten aktif dalam gerakan-gerakan sosial kemanusiaan tidak lain sebagai upaya membayar hutang budi di masa lalu.
Sebab, saat suami dan anaknya meninggaldunia banyak orang memberikan dukungan serta sejumlah bantuan.
Hal itu, membuatnya merasa perlu meneruskan kepada yang lain dengan harapan kebaikan yang pernah diterimanya tersebut tidak putus ditengah jalan.
“Saat saya terpuruk banyak orang membantu, tidak hanya dari Salatiga, adapula dari Jakarta.
Mereka, kayak membuat open donasi di media sosial untuk saya. Jadi, apabila mengenang saat itu saya merasa perlu dan harus melanjutkan itulah mengapa kegiatan sosial baik lewat organisasi yang saya dirikan atau organisasi lain terus kami lakukan,” ujarnya.
Dirikan Organisasi Sosial
Selain sehari-hari aktif sebagai guru pada sekolah negeri di Kota Salatiga Theresia Retno Widayatsih (59) juga merupakan pendiri organisasi sosial bernama Insan Berbagi Salatiga (IBS) yang salah satu programnya, yakni memberikan menu sarapan gratis untuk masyarakat kurang mampu dengan sistem prasmanan.
There memaparkan, ide memberikan sarapan gratis dengan sistem prasmanan secara kontinyu setiap Minggu di Alun-alun Pancasila Salatiga dilakukan sejak tahun 2019 tersebut bagian dari upaya memberikan kesempatan kepada warga kurang mampu, tukang becak, pedagang kaki lima dan kelompok marginal lain untuk merasakan makanan enak.
“Tetapi, semenjak adanya pandemi kemarin program kami rubah pelaksanaannya dengan mendatangi langsung pondok pesantren maupun panti asuhan. Karena, jika masih tetap sistem lama bisa memicu kerumunan malah menjadi masalah, karena yang datang banyak jumlah yang kami sediakan ada sekira 300 porsi setiap minggu,” imbuhnya
Ibu empat anak tersebut bercerita, mengenai pembiayaan kegiatan sosial sarapan gratis dilakukan secara suka rela atau gotong royong.

Sebelum acara sarapan gratis berlangsung melalui media sosial dihimpun menu makanan dan bagi orang yang ingin turut berpartisipasi dibebaskan mengirimkan bentuk makanan jadi atau uang untuk dibelanjakan.
Perempuan asal Kota Salatiga itu mengaku, untuk menghindari fitnah setiap kegiatan dilakukan dokumentasi baik berupa foto maupun video kemudian di unggah ke media sosial miliknya juga akun IBS.
Hal itu, bertujuan sebagai laporan kepada para donatur sekaligus menggerakkan masyarakat lain supaya turut berpartisipasi.