Menkes: Kasus Omicron di RI Segera Capai Puncak

kasus Omicron akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan, di mana di Indonesia terjadi pada pertengah Desember 2021.

Editor: Vito
Tribun Jateng/ Muhammad Sholekan
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, berdasarkan keadaan di mancanegara, tingkat keparahan akibat varian Omicron terbukti rendah.

"Sudah terlihat di negara-negara tersebut hospitalisasinya antara 30 persen sampai 40 persen dari hospitalisasi Delta," ujarnya, dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual, Minggu (16/1).

"Jadi, walaupun kenaikan lebih cepat dan tinggi, jumlah kasus yang akan lebih banyak, dan penularan lebih cepat, tapi hospitalisasi lebih rendah," ujarnya.

Ia pun meminta agar masyarakat tidak panik, jika dalam beberapa waktu ke depan ada kenaikan kasus covid-19 secara signifikan. Pemerintah, lanjutnya, akan terus memantau secara ketat dan mewaspadai tingkat hospitalisasi.

"Sampai sekarang, lebih dari 500 orang yang terkena Omicron dirawat di RS, dan yang pulang sudah 300-an. Yang butuh oksigen hanya tiga. Dan itu masuk kategori ringan, tidak perlu sampai ventilator, hanya oksigen biasa yang dipasang di mulut, tidak dimasukkan ke dalam," tuturnya.

Budi menyebut, dari tiga pasien yang harus menerima bantuan oksigen itu, dua di antaranya berhasil sembuh dan sudah dapat dipulangkan.

Menkes mengaku telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai prediksi puncak kasus covid-19 varian Omicron di Indonesia.

Prediksi itu didasarkan pada keadaan penularan Omicron di beberapa negara, di mana kasus akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan.

"Beberapa negara sudah mengalami puncak kasus Omicron, dan puncak tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, waktunya berkisar 35-65 hari," jelasnya.

"Indonesia pertama kali kita teridentifikasi (Omicron) pertengahan Desember, tapi kasus kita mulai naik awal Januari. Nah, antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan cukup cepat dan tinggi," paparnya.

Adapun, Kementerian Kesehatan menyatakan, hingga Sabtu (15/1) tercatat sebanyak 748 kasus covid-19 varian Omicron.

"Per 15 Januari, dilaporkan sudah ada 748 kasus positif (Omicron-Red)," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, dalam simposium 'Combating Covid-19 Pandemic without Boundaries' yang disiarkan secara daring, Minggu (16/1).

Menurut dia, sebagian besar kasus Omicorn itu berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. Namun, ada pula yang merupakan transmisi lokal. "Pelaku perjalanan luar negeri sebanyak 569 orang, dan transmisi lokal sebanyak 155 orag," jelasnya.

Kasus Omicron yang berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, paling banyak berasal dari Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat, Malaysia, dan Uni Emirat Arab.

Nadia menyatakan, pemerintah masih melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap 24 kasus positif Omicron lain. Sementara itu, jumlah kasus probable Omicron saat ini tercatat sekitar 1.800 kasus.

"Terkait dengan penyebaran varian Omicron, pemerintah terus melakukan berbagai upaya penguatan di pintu masuk kita, terutama terkait dengan pembatasan dan mengatur durasi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri," tandasnya.

Menurut dia saat ini pasien kasus positif Omicron harus mengikuti isolasi terpusat, baik di Wisma Atlet maupun rumah sakit rujukan. Namun, jika kasus Omicron terus bertambah, isolasi akan dilakukan secara mandiri, tetapi dengan pengawasan yang ketat.

"Jika kasus Omicron terus bertambah, kemungkinan isolasi akan dilakukan secara mandiri, tapi akan dilakukan pengawasan kuat dari puskesmas dan fasilitas kesehatan setempat, dan layanan telemedicine. Kami tetap mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, karena Omicron cenderung tidak bergejala," tandasnya. (Kompas.com)

 

Sumber: Kompas.com
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved