Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Covid-19 Jenis Baru Muncul di Surabaya, Berbeda dari Omicron dan Delta

Satu kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Surabaya diduga merupakan varian baru hasil mutasi lokal, yang berbeda dengan varian-varian sebelumnya.

Editor: Vito
BBC
Ilustrasi virus corona 

TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA - Virus corona terus bermutasi dengan memunculkan berbagai varian, di mana kini yang tengah menjadi sorotan adalah Omicron. Namun, mutasi lokal kini ditemukan di Surabaya, Jawa Timur.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, Erwin Astha Triyono mengatakan, ada satu kasus terkonfirmasi positif covid-19 yang diduga merupakan varian lokal.

Mutasi itu berbeda dengan varian Omicron, Delta, atau varian-varian yang ditemukan sebelumnya.

Menurut dia, temuan itu terdeteksi melalui pemeriksaan sampel dengan whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

"Jadi dari 18 sampel yang terdeteksi di ITD Unair, ada delapan varian Omicron, sembilan varian Delta, dan satu varian lokal," katanya, saat dikonfirmasi, Senin (17/1).

Erwin menuturkan, varian lokal itu berbeda dengan mutasi covid-19 manapun, baik varian Delta, Omicron. Temuan itupun sedang didalami pihaknya bersama ITD Unair.

Kendati demikian, Erwin belum bisa menjelaskan detail soal karakteristik dan sifat-sifat covid-19 varian lokal itu. 

"Lebih detailnya bisa dikoordinasikan dengan Prof Inge (Ketua ITD Unair), karena beliau yang mempunyai data lengkapnya," jelas dia.

Temuan itu coba dikonfirmasikan ke Kepala ITD Unair, Prof Maria Inge Lusida, namun yang bersangkutan belum memberikan respons.

Sebelumnya, peneliti di sejumlah negara juga mengklaim penemuan covid-19 jenis baru yang berbeda dari sejumlah varian yang telah ditetapkan dan dipantau Badan Kesehatan Dunia (WHO).  

Sekelompok peneliti di Prancis pada 10 Desember 2021 lalu menemukan varian baru yang diberi nama IHU. Dilansir Daily Mail, varian tersebut memiliki 46 mutasi yang ditakutkan ilmuwan membuatnya menjadi lebih rentan vaksin dan lebih menular.

Sejauh ini, hanya 12 kasus varian IHU atau B.1.640.2 yang ditemukan di Marseille. Belum ada kasus lain yang ditemukan di luar Prancis. Kasus positif varian itu terkait pada pelaku perjalanan ke Kamerun, Afrika Tengah.

Namun, hanya sedikit tanda bahwa varian baru ini mengungguli varian Omicron yang saat ini dominan di Prancis, dengan lebih dari 60 persen kasus positif covid-19 yang terdeteksi.

Para ilmuwan mengatakan garis keturunan varian IHU secara genetik berbeda dengan B.1.640, yang diperkirakan muncul di Republik Demokratik Kongo pada September 2021.

Tes menunjukkan strain membawa mutasi E484K yang dianggap membuatnya lebih tahan terhadap vaksin. Varian IHU juga memiliki mutasi N501Y yang pertama kali terlihat pada varian Alpha, yang diyakini para ahli dapat membuatnya lebih menular.

Varian ini adalah kerabat jauh Omicron, yang menurut para ilmuwan kemungkinan berevolusi dari virus yang lebih tua. Varian ini belum masuk ke dalam varian yang diinvestigasi oleh WHO.

Selanjutnya, seorang peneliti di Siprus pada 8 Januari 2022 mengklaim menemukan jenis virus corona yang menggabungkan varian Delta dan Omicron.

Leondios Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, menyebutnya sebagai varian "Deltacron," karena ciri khas genetiknya mirip Omicron dalam genom Delta.

Kontaminasi lab

Meski demikian, para ahli Inggris menyatakan, dugaan mutasi virus corona berjuluk Deltacron yang ditemukan di laboratorium Siprus kemungkinan besar adalah kontaminasi lab, bukan varian baru yang mengkhawatirkan.

Media Siprus melaporkan penemuan itu pada 8 Januari 2022 lalu, menggambarkannya sebagai latar belakang genetik varian Delta bersama dengan beberapa mutasi Omicron.

Meskipun ada kemungkinan menggabungkan virus corona secara genetik, hal itu jarang terjadi, dan para ilmuwan yang menganalisis penemuan yang disebut Deltacron menyebut hal itu tidak mungkin.

"Urutan 'Deltacron' Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi," ujar Tom Peacock, ahli virologi dengan departemen penyakit menular di Imperial College London, dalam twitnya, baru-baru ini.

Jeffrey Barrett, kepala Inisiatif Genomik Covid-19 di Institut Wellcome Sanger Inggris, mengungkapkan, dugaan mutasi terletak pada bagian genom yang rentan terhadap kesalahan dalam prosedur pengurutan tertentu.

"Ini hampir pasti bukan rekombinan biologis dari garis keturunan Delta dan Omicron," jelasnya, dikutip dari AFP.

Para ilmuwan sangat ingin melawan banjir disinformasi tentang covid-19, yang sebagian besar beredar secara online.

Pekan lalu, laporan yang belum diverifikasi muncul tentang virus "florona" atau "flurone", kombinasi flu dan virus corona, yang ditolak Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Jangan gunakan kata-kata seperti Deltacron, florona atau flurone. Tolong. Kata-kata tersebut menyiratkan kombinasi virus/varian dan itu tidak terjadi," tulis Maria van Kerkhove, ahli epidemiologi penyakit menular di WHO, di Twitter.

Walaupun orang dapat menderita influenza dan virus corona pada saat yang sama, kedua virus itu tidak dapat bergabung.

Berbeda dengan varian baru covid-19 seperti Omicron yang sangat berdampak pada jalannya pandemi, kasus infeksi simultan flu dan virus corona bukanlah hal baru.

Sejak awal pandemi, virus corona telah memunculkan belasan varian yang empat di antaranya ditetapkan menjadi perhatian oleh WHO, yakni Alpha, Beta, Delta, dan Omicron. (CNNIndonesia.com/Tribunnews/Kompas.com)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved