Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cara Membaca Lemparan Sio Pwee dalam Tradisi Pa Pwee Klenteng Tek Hay Kiong Tegal

Pa Pwee merupakan tradisi Tionghoa dengan melemparkan sebuah alat khusus yang dijadikan media berkomunikasi dengan dewa.

Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin Achmad
Proses tradisi Pa Pwee saat meletakkan kembali patung dewa ke altar di Kelenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal, Rabu (19/1/2022).  

TRIBUNJATENG.COM,TEGAL - Menjelang Tahun Baru Imlek, warga keturunan Tionghoa di Indonesia mulai sibuk dengan berbagai upacara peribadatan. 

Seperti pemandian kimsin atau patung dewa sebagai awal dari rangkaian Imlek. 

Tetapi rupanya, ada tradisi menarik yang dilakukan warga keturunan Tionghoa saat akan meletakkan kembali patung dewa ke altar. 

Tradisi itu bernama Pa Pwee

Pa Pwee merupakan tradisi Tionghoa dengan melemparkan sebuah alat khusus yang dijadikan media berkomunikasi dengan dewa. 

Tradisi tersebut umumnya dilakukan di klenteng-klenteng Taoisme.

Tradisi tersebut juga diterapkan di Klenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal. 

Chen Li Wei Dao Chang atau Pendeta Chen Li Wei mengatakan, Pa Pwee adalah tradisi untuk bertanya kepada para dewa dengan menggunakan media atau alat khusus. 

Alat tersebut disebut Bei Jiao atau Sio Pwee.

Merupakan dua keping bambu yang berbentuk seperti biji kacang. 

"Itu sedang menanyakan. Ditanyakan melalui alat khusus dua keping bambu. Lalu dilemparkan," kata Chen Li kepada tribunjateng.com, Rabu (19/1/2022). 

Chen Li menjelaskan, Pa Pwee antara lain diterapkan saat akan meletakkan kembali patung dewa ke altar.

Untuk menanyakan posisi duduknya sudah pas atau belum, dan nyaman atau tidak. 

Ia mengatakan, jika hasil lemparannya satu tengkurap dan satu terlentang, artinya dewa setuju.

Jika keduanya terlentang, artinya dewa tertawa dan mempertanyakan kembali pertanyaan yang diajukan. 

Tetapi jika keduanya tengkurap, artinya dewa tidak setuju.

"Jadi biasanya posisi dewa itu kan di tengah-tengah altar, lurus dengan orang yang bersembahyang. Kalau miring atau belum lulus, dewa pasti tidak setuju," jelasnya. 

Chen Li mengatakan, penempatan patung dewa harus sesuai keinginan dewa. 

Jika dewa belum setuju, maka harus diulang. 

Paling lama biasanya sampai 14 kali lemparan Pa Pwee

"Kalau belum setuju, berarti ada yang kurang pas. Jadi harus kita cari tahu," ungkapnya. (fba)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved