Berita Banjarnegara
Minyak Goreng Murah Jadi Barang Gaib Bagi Warga Desa di Banjarnegara
Dari pengakuan sejumlah ibu rumah tangga, di Banjarnegara, minyak goreng murah masih hanya ditemukan di toko modern, baik swalayan atau mini market.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG. COM, BANJARNEGARA - Kebijakan minyak goreng kemasan satu harga, Rp 14 ribu perliter oleh pemerintah belum dirasakan masyarakat yang tinggal pedesaan.
Dari pengakuan sejumlah ibu rumah tangga, di Banjarnegara, minyak goreng murah masih hanya ditemukan di toko modern, baik swalayan atau mini market.
Berita soal minyak goreng murah sudah sampai di telinga masyarakat desa. Ini menjadi angin segar bagi mereka.
Maklum, minyak goreng menjadi kebutuhan pokok yang harus selalu ada di dapur.
Berapapun mahal harganya, warga tetap membelinya. Tingginya harga minyak goreng membuat warga desa resah.
Penderitaan mereka kian dalam karena pengeluaran bertambah. Padahal perekonomian mereka masih susah. Sebab pandemi belum sepenuhnya musnah.
Baca juga: Minyak Goreng Rp 14 Ribu Susah Ditemukan di Ritel Aprindo Sragen, Baru Display Langsung Ludes
Baca juga: Ibu-ibu, Subsidi Minyak Goreng Berlangsung Selama 6 Bulan, Jangan Panic Buying Ya. . .
Baca juga: Penjual Minyak Goreng Curah di Pasar Semarang Diprotes Pembeli: Harga Kog Ga Seperti di Televisi?
Baca juga: Soal Minyak Goreng Rp 14.000 Per Liter di Pasar Tradisional, Ini Janji Mendag
Karenanya, kebijakan minyak goreng satu harga disambut antusias warga. Masalahnya, sampai sekarang, mereka belum sulit mengaksesnya. Khususnya yang tinggal di desa, lebih-lebih daerah terpencil
Lokasi desa yang jauh dari swalayan atau minimarket membuat mereka kesulitan mengakses minyak murah.
Rina, ibu rumah tangga dari Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara mengatakan, di warung-warung desa, belum tersedia minyak goreng murah seperti dijanjikan pemerintah.
Minyak goreng satu harga masih hanya tersedia di toko modern. Padahal, jarak desanya ke mini market cukup jauh.
"Di warung biasa belum ada," katanya.
Di mini market pun, stok minyak goreng satu harga tak mesti ada. Karena warga saling berebut untuk membeli.
Ia mengaku baru sekali membeli minyak goreng di mini market yang dibatasi maksimal hanya 2.
Warga desa tentu merugi jika jauh-jauh datang ke mini market, ternyata stok minyak sedang habis. Jika pun ada, pembelian dibatasi. Padahal, perjalanan menuju mini market dari desa lumayan jauh dan cukup menguras bensin.
"Akhirnya gak jadi murah, malah tambah ongkos kirim," katanya.