Tahun Baru Imlek
Melestarikan Budaya, Keluarga Tionghoa di Sragen Ini Doakan Leluhur
Tidak perlu datang ke kelenteng, Lie Kim Yung yang memiliki nama lain Stephanie Christiana Agustin cukup mendoakan para leluhurnya dari rumahnya.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Mendoakan para leluhur menjadi momentum yang wajib dilakukan salah satu keluarga Tionghoa di Kampung Sariguna, Sragen Wetan, Sragen pada Tahun Baru Imlek.
Tidak perlu datang ke kelenteng, Lie Kim Yung yang memiliki nama lain Stephanie Christiana Agustin cukup mendoakan para leluhurnya dari rumahnya.
Harum semerbak asap dupa tersebar diruang keluarga Lie Kim Yung atau yang akrab dipanggil Cik Yung ini. Bersama sang ayah Lie Kong Hwa atau Cahyono (75) mereka mempersiapkan beragam hidangan untuk sembahyang.
Sejumlah barang hio yang terbakar Cik Yung tancapkan dibokor kuningan.
Diantara bokor tersebut terdapat foto leluhur Cik Yung yakni eyang dari papanya dan eyang dari mamanya.
Berbagai makanan juga disiapkan di meja depan foto ayang Cik Yung.
Seperti kue ranjang, daging ayam, bandeng, nasi, teh, sayuran serta buah-buahan seperti jeruk, semangka, pisang, apel.
Tidak hanya disitu, di samping meja tersebut terdapat pohon berwarna merah muda khas Imlek lengkap dengan lampu warna merah. Di meja itulah Cik Yung bersama keluarga berdoa untuk leluhur.
Agar lebih mengena momen Imlek, Cik Yung juga mengenakan busana serba merah. Ia mengatakan warna merah itu melambangkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kekuasaan.
Selain berbusana bernuansa merah, Cik Yung juga menceritakan tradisi bagi-bagi angpau. Angpau ini diberikan pada perayaan Imlek hari ini.
"Tradisi angpau ini diberikan dari orangtua kepada anak-anak yang belum menikah. Bagi yang sudah menikah justru memberi angpau kepada orangtuanya," katanya.
Usai menceritakan tradisi, Cik Yung bersama sang ayah melakukan sembahyang. Dengan menyalakan dua hio, mereka memanjatkan doa untuk para leluhur mereka.
Meski tidak dilakukan bersama keluarga besar, Cik Yung bersama sang ayah tampak khusuk berdoa di depan foto para leluhur mereka.
"Bersembahyang dirumah merupakan tradisi keluarga kami sejak dulu. Ini janji mama saya untuk tetap melestarikan budaya Tionghoa. Kemarin juga kita sudah berziarah ke makam leluhur."
"Kita menghormati tradisi dan melestarikan tradisi, sehingga kita adakan penghormatan kepada leluhur. Tradisi berdoa sekarang disesuaikan dengan keyakinan masing-masing keluarga," katanya. (uti)