Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sragen

PKL di Depan SMA Negeri 1 Sragen Pasang Spanduk Penolakan Penggusuran

Para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Perintis Kemerdekaan atau lebih tepatnya di depan SMAN 1 Sragen pasang spanduk penolakan penggusuran

Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Mahfira Putri
Spanduk penolakan penggusuran oleh para PKL di Jalan Perintis Kemerdekaan atau lebih tepatnya di depan SMAN 1 Sragen 

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Perintis Kemerdekaan atau lebih tepatnya di depan SMAN 1 Sragen pasang spanduk penolakan penggusuran.

Pemasangan spanduk ini, usai puluhan PKL ini mendapatkan Surat Peringatan (SP) 1 dari Satpol-PP Sragen akhir Januari lalu. Para PKL ini diminta agar tidak berjualan di tempat tersebut.

SP ini tentu membuat para PKL terusik dan akhirnya memasang beragam spanduk. Salah satu spanduk berisi "PKL Perintis Mulyo Berjualan Ingin Kabupaten Sragen Tidak Termiskin di Soloraya".

Pantauan Tribunjateng.com dilokasi, terdapat tiga spanduk yang berada di sisi timur sekolah. Spanduk tersebut tercetak dari MMT dan terpasang diantara dua pohon.

Salah satu pedagang, Aisyah mengatakan spanduk tersebut merupakan salah satu aspirasi para PKL yang tidak bisa menyampaikan secara langsung atau lisan.

Aisyah yang berjualan sosis goreng dan es teh sejak empat tahun silam itu mengaku jika para PKL digusur akan menimbulkan pengangguran.

"Kita tidak punya lapak, ini lahan kita untuk mencari makan. Kalau digusur tidak ada tempat ataupun solusi kita menganggur, pengangguran menimbulkan kemiskinan," katanya ketika berbincang dengan Tribunjateng.com.

Dirinya mengatakan memasang spanduk merupakan salah satu usahanya untuk bisa berdialog dengan para pemangku kepentingan.

Dia mengaku juga telah berusaha menghubungi Kepala DPRD Sragen, Suparno dimana rumah dinasnya yang terletak di depan SMAN 1 Sragen.

Pihaknya menilai selama ini, para PKL juga tidak menggangu lalulintas di depan sekolah. Dagangan mereka juga berada di bahu jalan sehingga tidak menganggu.

"Menurut kami selama kami tidak menganggu tidak apa-apa, kita tertib. Kita dibutuhkan, lalulintas juga aman, trotoar tetap bisa digunakan untuk jalan," katanya.

Dia mengaku beberapa bulan ini pihaknya baru mulai mendapatkan pemasukan dari berjualan di depan SMA. Pasalnya selama Pandemi Covid-19, pihaknya berjualan berpindah-pindah tempat.

"Kita ini (pedagang) baru bangun (mencari pemasukan), masak ditidurkan lagi. Kita bersyukur sekali sekolah sudah mulai buka, jadi mulai ada pemasukan," katanya.

Aisyah mengaku, petugas selama berjualan empat tahun baru ini digusur oleh Satpol-PP. Dia mengaku pihak Satpol-PP meminta para PKL berjualan pada malam hari.

"Kita diminta jualan dimalam hari, siapa yang beli? siapa juga yang jajan malam hari? Waktu jualan kita ya pagi sampai sore ini," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved