Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sragen

Jebakan Tikus Listrik di Sragen Memakan Korban, Dedi Mulyadi Minta Kementan Dampingi Petani

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta Kementerian Pertanian (Kementan)  agar lebih komprehensif dalam melakukan pendampingan

Tribun Jateng Mahfira Putri Maulan
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi ketika berbincang dengan petani ketika di Balai Desa Jambanan, Sidoharjo, Sragen, Sabtu (5/2/2022) 

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta Kementerian Pertanian (Kementan)  agar lebih komprehensif dalam melakukan pendampingan kepada petani terkait hama tikus.

Hal tersebut disampaikannya ketika berkunjung ke Balai Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Sabtu (5/2/2022). 

Pada kesempatan itu, Dedi juga berdialog kepada para petani terkait keluhan yang dirasakan selama ini dan meminta solusi kepada dinas terkait.

Dedi menyampaikan tujuan Komisi IV DPR RI datang ke Sragen terkait penanganan hama tikus dengan menggunakan aliran listrik yang tidak direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

"Kementan harus cepat mencari solusinya, jangan menunggu petani pasang setrum. Pendampingannya dilakukan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) tetapi jumlah PPL makin sedikit," katanya.

Dia melanjutkan, fungsi kecepatan aparat lebih cepat mestinya. Dirinya juga menyindir para pejabat yang datang ketika hanya panen saja namun ketika petani kena masalah tak ada pejabat yang datang.

Larangan menggunakan jebakan tikus listrik dikatakan harus dibarengi dengan kesungguhan dari Dirjen Tanaman Pangan untuk mengantisipasi kedepan.

Pelarangan penggunaan jebakan tikus listrik ini juga disetujui oleh petani asal Jetak, Sidoharjo, Didik Sunardi. Dia mengatakan pelarangan harus dibarengi dengan solusi.

"Saya setuju sekali terkait sosialisasi tidak diperbolehkannya setrum, saya setuju. Namun kami usul adanya pelarangan itu juga ada solusinya," katanya ketika ditanyai Dedi.

Selain masalah jebakan tikus listrik, pada kesempatan itu Didik juga mengeluhkan masalah pupuk subsidi yang dinilai kurang jumlahnya bagi para petani.

Dirinya bahkan mengusulkan apabila pupuk subsidi tidak bisa ditambah jumlahnya bagi para petani, dirinya meminta harga pupuk agar sama di pasaran.

"Saya juga minta pupuk subsidi untuk ditambah. Kalau tidak ada subsidi tolong harga disesuaikan pasar, mengandalkan pupuk subsidi kami kurang. Karena pemerintah hanya menyediakan setengah dari kebutuhan petani," katanya.

Selain itu, harga padi yang murah juga ia keluhkan. Dia mengaku modal yang ia keluarkan ketika menanam padi tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh ketika panen.

"Modal untuk menanam padi dari awal, beli pupuk itu Rp 28 juta untuk satu hektar. Sedangkan saat panen saya hanya dapat Rp 24-25 juta jika dijual dengan harga gabah dibawah Rp 4 ribu," katanya.

Dengan keluhannya kali ini, dirinya berharap masalah hama tikus, ketersediaan pupuk, harga gabah yang rendah bisa diselesaikan satu per satu. (uti)

Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Derby Della Madonnina Inter Milan Vs AC Milan, Giroud Gantikan Ibrahimovic

Baca juga: RS Aisyiyah Kudus Sudah Miliki Bank Darah, Kebutuhan Pasien Gawat Darurat Tak Perlu Lagi ke PMI

Baca juga: Duel Madura United Vs Persela Lamongan Tetap Digelar Meski Kurang dari 14 Pemain, Kok Bisa?

Baca juga: Pria Ini Mengamuk Ubrak-abrik Kios di Food Court gara-gara Diingatkan Pakai Masker

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved