Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Penjelasan PVMBG Soal Erupsi Gunung Anak Krakatau Sebanyak Sembilan Kali Sehari

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memeberi penjelasan terkait erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (4/2/2022).

Editor: rival al manaf
ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT
Foto udara letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 Wib dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak (sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut). 

Secara geografis, Krakatau terletak di pertemuan antara lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Area ini diketahui memiliki aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi.

Meniliki dari lokasinya, secara administratif Krakatau sendiri berada di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Gunung legendaris ini terbentuk pada masa purba dan diperkirakan pernah mengalami erupsi dahsyat pada tahun 416 Masehi. Erupsi tersebut kemudian membentuk kawah raksasa berdiameter 6 kilometer.

Salah satu yang tidak terlupakan dari Krakatau yakni letusan dahysat pada 1883 silam. Pada 20 Mei 1883, Krakatau menunjukkan gejala vulkanik aktif.

Awan abu vulkanik mencapai ketinggian 6 mil (10 km) dan suara ledakan terdengar hingga Batavia (Jakarta), 100 mil (160 km) jauhnya, tetapi pada akhir Mei aktivitas itu mereda.

Aktivitas vulkanik dimulai kembali pada 19 Juni dan menjadi semakin memuncak pada 26 Agustus.

Pada pukul 1 siang hari itu, serangkaian ledakan yang semakin keras terjadi, dan pada pukul 14.00 WIB awan hitam abu setinggi 27 mil (27 km) terlihat di atas Krakatau.

Puncak erupsi terjadi pada pukul 10.00 WIB tanggal 27 Agustus, dengan ledakan luar biasa yang terdengar hingga 2.200 mil (3.500 km) jauhnya di Australia dan mendorong abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 50 mil (80 km).

Letusan dahsyat dari Krakatau memicu serangkaian tsunami, yang tercatat mencapai Amerika Selatan dan Hawai.

Gelombang terbesar tsunami mencapai ketinggian 120 kaki (37 meter) dan merenggut 36.000 jiwa di kota-kota pesisir terdekat Jawa dan Sumatra.

Semua bentuk kehidupan di pulau-pulau sekitar Krakatau terkubur di bawah lapisan abu yang tebal dan tidak ada tanda-tanda kehidupan hingga lima tahun kemudian.

Lahirnya Anak Krakatau

Pada awal 1928, akibat aktivitas vulkanik dan seismik yang terus berlangsung, tampak puncak gunung kecil yang naik mencapai permukaan laut.

Baca juga: Inilah Hotel Tempat Marc Marquez Menginap saat Tes Pramusim MotoGP Mandalika

Baca juga: Terima SK Kepengurusan Baru, DPC Demokrat Pati Songsong Pemilu 2024

Baca juga: Nino Khawatir Reyna Alami Kecelakaan Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini Sabtu 5 Februari 2022

Lalu, pada 1930 puncak kecil itu menjadi pulau kecil bernama Anak Krakatau yang juga merupakan gunung berapi.

Gunung berapi itu telah aktif secara sporadis sejak saat kemunculannya dan terus mengalami pertumbuhan hingga ketinggian mencapai sekitar 1.000 kaki (300 meter) di atas permukaan laut.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved