Profil Lafran Pane Pendiri HMI Digelari Pahlawan Nasional
Profil Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) digelari Pahlawan Nasional. Lafran Pane merupakan tokoh pendiri organisasi keislaman.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Profil Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) digelari Pahlawan Nasional.
Lafran Pane merupakan tokoh pendiri organisasi keislaman.
erkat kecerdasan inteletualnya, HMI yang berdiri sejak 1947 masih eksis sampai sekarang.
HMI sudah berdiri selama 75 tahun.
Dilansir dari wikipedia, Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922.
Pada berbagai tulisan disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12 April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sebuah kecamatan yang terletak di kaki Gunung Sibualbuali, 38 kilo meter ke arah utara dari "kota salak" Padang Sidempuan, ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922.
Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923
Anak Pendiri Muhammadyah
Lafran Pane adalah anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang pertama, Lafran.
Iklan untuk Anda: Lelaki Bekasi Temukan Cara Tumbuhkan Rambut dalam Hitungan Hari
Advertisement by
Ia adalah bungsu dari enam bersaudara, yaitu Nyonya Tarib, Sanusi Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Hanifiah, Lafran Pane.
Selain saudara kandung, ia juga memiliki dua orang saudara tiri dari perkawinan kedua ayahnya, yakni Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane.
Ayah Lafran Pane adalah seorang guru sekaligus seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal.
Keluarga Lafran Pane merupakan keluarga sastrawan dan seniman yang kebanyakan menulis novel, seperti kedua kakak kandungnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane yang juga merupakan sastrawan dan seniman.
Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921.
Sedangkan Kakek Lafran Pane adalah seorang ulama Syekh Badurrahman Pane, maka pendidikan keagamaannya didapat sebelum memasuki bangku sekolah
Pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok (kini dilanjutkan oleh Pesantren K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok.
Sering Pindah Sekolah
Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran Pane ini mengalami perpindahan sekolah yang sering kali dilakukan, hingga pada akhirnya Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 (Tujuh)di HIS Muhammadiyah, menyambung hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang semula di Jakarta juga ikut pindah ke Yogyakarta.
Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya buku-buku Islam yang ia baca.
Sebelum tamat dari STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 Universitas Gajah Mada (UGM) yang kemudian di Negerikan pada tahun 1949.
Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran Pane termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu tanggal 26 Januari 1953.
Dengan sendirinya, Drs. Lafran Pane menjadi salah satu sarjana ilmu politik pertama di Indonesia, selanjutnya Lafran Pane lebih tertarik di lapangan pendidikan dan keluar dari Kementerian Luar Negeri dan masuk kembali ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
HMI Sebagai Aktualisasi
Lafran mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai aktualisasi dari pandangannya tentang Islam dan Indonesia.
Pada saat itu, ia merupakan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM).
Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran Pane termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu tanggal 26 Januari 1953.
HMI dilahirkan sebagai suatu reaksi terhadap situasi saat itu, namun juga berakar pada aspirasi umat Islam yang dikandung selama berabad-abad lamanya.
Dengan mendirikan HMI, Islam mendapat peran yang lebih tinggi di antara mahasiswa, yakni bahwa Islam bukanlah sekumpulan kaum yang mempertahankan tradisi dan pengetahuan tradisional.
Selain itu, dengan adanya HMI ide persatuan umat Islam yang mengikis fanatisme kelompok semakin meningkat.
Menurut Lafran Pane, Tugas umat Islam adalah mengajak umat manusia kepada kebaikan dan juga menciptakan masyarakat adil makmur baik secara material dan spiritual.
Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dapat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.
Kebekuan pemikiran Islam saat itu telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan.
Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan. Agama Islam tidak menempatkan sebagai agama yang universal.
Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.
Demikian memahami pemikiran Lafran Pane yang tidak lepas dari lingkungannya, yaitu negara Indonesia yang berpendudukan mayoritas beragama Islam, dengan segala realitas dan totalitasnya.
Pemikiran Lafran Pane tidak bisa dipahami tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang melingkupinya.
Dari pemikiran itu dampaknya adalah berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam, pada tanggal 5 Februari 1947 Lafran menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI karena ia adalah orang yang mengagagas HMI, akan tetapi Lafran mundur dari ketua Umum PB HMI pada 22 Agustus 1947 dan pindah menjadi Wakil Ketua Umum, artinya ia hanya menjabat sebagai Ketua Umum selama 7 bulan dan kemudian posisinya diberikan kepada seorang mahasiswa Universitas Gajah Mada bernama Mohammad Syafa'at Mintaredja.
Strageti ini dilakukan agar HMI tidak terkesan milik mahasiswa STI, selain juga memperluas dakwah HMI di kampus umum serta memperkuat posisi HMI dalam dunia kemahasiswaan.
Wafat pada tanggal 24 Januari 1991, orang akhirnya tahu, setelah kematiannya, Lafran ternyata lahir 5 Februari 1922, bukan 12 April 1922 seperti yang kerap ia gunakan dalam catatan resmi.
Data diri:
Nama: Prof Drs Lafran Pane
Lahir: Padang Sidempuan, Sumatera Utara, Hindia Belanda 5 Februari 1922
Meninggal: 25 Januari 1991 (umur 69)
Asal: Yogyakarta, Indonesia
Kebangsaan: Indonesia
Alma mater:
Sekolah Tinggi Islam (STI)
Universitas Gadjah Mada
Pekerjaan: Dosen
Dikenal atas: Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Jadi pahlawan nasional
Melalui Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Secara resmi Presiden Joko Widodo menganugerahi gelar pahlawan nasional kepada Lafran Pane bertepatan dengan tanggal 10 November Hari Pahlawan.
Pendidikan:
- Pesantren Muhammadiyah Sipirok (kini dilanjutkan oleh Pesantren K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Setia dekat Desa Parsorminan Sipirok.
- HIS Muhammadiyah, menyambung hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang semula di Jakarta juga ikut pindah ke Yogyakarta.
- Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948
- Universitas Gajah Mada (UGM) yang kemudian di Negerikan pada tahun 1949.
Riwayat Pekerjaan:
1. Direktur Kursus B I dan B II Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan
2. Kementerian Pendidikan & Kebudayaan, dan Kemudian menjadi Fakultas
3. Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Gajah Mada (UGM)
4. Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Gajah Mada UGM dengan Institut Pendidikan Guru (IPG) dilebur menjadi Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, kini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
5. Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Yogyakarta.
6. Dosen Fakultas Sosial dan politik Universitas Gajah Mada (UGM), dosen
7. Universitas Islam Indonesia (UII), dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
8. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah (ATM), Kemudian menjadi FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
9. Dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogykarta (sekarang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN)), hingga terjadi peristiwa 10 Oktober 1963.
10. Dosen di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara
11. Lafran Pane dianggat menjadi guru besar (profesor) dalam mata kuliah Ilmu Tata Negara (1966)
Karya-karya Lafran Pane:
Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia
Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Kedudukan Dekret Presiden
Kedudukan Presiden
Kedudukan Luar Biasa Presiden
Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Tujuan Negara
Kembali ke Undang-undang Dasar 1945
Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945
Memurnikan Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945
Perubahan Konstitusional
Menggugat Eksistensi HMI