Muncul Jasa Joki Tugas Kuliah Online Laris Manis, Minim Rp 100 Ribu, Artikel Ilmiah Rp 350 Ribu
Muncul jasa joki tugas kuliah online rupanya laris manis diserbu pelanggan yang umumnya mahasiswa.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Fenomena jasa joki menjadi pilihan pekerjaan baru di masa pandemi dan mereka tak lagi sungkan mempromosikan jasanya melalui akun sosial media.
Dengan Pola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti sekarang di mana siswa maupun mahasiswa merasa hanya dibebani tugas, membuat jasa ini laris manis.
Dari beberapa postingan akun jasa joki tugas di Twitter, harga yang dibanderol mulai Rp 25 ribu untuk tugas berupa esai, artikel, maupun makalah.
Jasa pun terbuka untuk semua program studi (Prodi) maupun jurusan tanpa terkecuali.
Kipli, seorang sarjana lulusan bahasa Inggris sebuah Universitas di Kota Semarang mengaku menjadi joki tugas awalnya diminta tolong kawan untuk mengerjakan tugas.
Ia pun tak pernah mempromosikan aktivitasnya tersebut, namun karena ada getok tular, banyak yang menghubunginya untuk dibuatkan tugas.
Sepanjang pengetahuannya, sepanjang pandemi selama 2 tahun terakhir memang ada peningkatan permintaan pembuatan tugas dibanding sebelum pandemi.
"Waktu itu nggak kepikiran namanya joki tugas, cuma kalo ada kawan yang butuh bantuan mengerjakan tugasnya dan saya dapat upah. Saya suka belajar dan menurut saya upahnya lumayan untuk anak kos seperti saya," urainya pada Tribun Jateng, Senin (7/2/2022) siang.
Kipli yang hobi berselancar di Twitter mengaku harga yang ia banderol tidak semurah yang ada di Twitter.
Harga untuk jasa tugas minimal Rp 100 ribu dan untuk jasa pembuatan artikel ilmiah ia banderol Rp 300-350 ribu.
Harga tersebut menurutnya sesuai karena ia mencari sumber jawaban.
Ia pun spesifik pada prodi yang ia kuasai maupun mata kuliah umum yang pernah ia tempuh.
Tak semua tawaran tugas bisa ia kerjakan.
"Kalo berdasarkan yang saya tahu, di Twitter banderol murah karena tugas cuma copy-paste dari tugas lain. Yang mirip-mirip tempel-tempelkan. Kadang nggak nyambung antara tugas dan jawaban. Beberapa yang pernah cerita sama saya, untuk mereka yang penting bisa mengumpulkan nilai untuk penggugur kewajiban aja," tambahnya.
Kipli mengaku cukup pilah-pilih dalam mengerjakan tugas, tidak selalu tawaran ia terima, terlebih beberapa bulan lalu ia sedang fokus menyelesaikan skripsi dan tugas akhir.
Untuk klien atau konsumen jasanya, Kipli mengaku kebanyakan berasal dari universitas selain almamaternya.
Untuk durasi pengerjaan tugas, biasanya 2 hari.
Di lain pihak, Prof. Dr. Totok Prasetyo, B.Eng., M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengaku prihatin dengan fenomena jasa joki tugas.
Meskipun ia melihat jasa joki tugas ini karena faktor penawaran dan permintaan, namun aktivitas ini akhirnya membentuk generasi muda yang berlaku tidak jujur.
"Saat ini tengah terjadi perang di dunia pendidikan dengan pelemahan pendidikan. Para sarjana menjadi tidak jujur dan hal ini bisa menjadi musibah bagi negara," ungkapnya.
Sebagai pemimpin perguruan tinggi, ia ingin bisa memberantas upaya pelemahan pendidikan dengan meminta mahasiswa berlaku jujur dan meminta mereka belajar dengan tekun untuk mengejar cita-cita.
Baginya bangku kuliah menjadi momen belajar dengan teori dan praktik yang kemungkinan terserap hanya 20 persen, sementara sisanya 80 persen merupakan pengembanagan kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Hal inilah yang tidak bisa diperoleh oleh mahasiswa bila hanya mengejar nilai karena butuh tempaan pengalaman.
Totok menambahkan, beberapa waktu lalu pihaknya mewisuda 1.500 wisudawan, 900 wisudawan di antaranya lulus dengan cumlaude.
Menurutnya hal tersebut janggal, karena dalam perkuliahan tatap muka yang dilakukan dengan teori dan praktik pun tidak bisa menghasilkan wisudawan cumlaude sebanyak itu.
Totok khawatir, adanya obral Indeks Prestasi Komulatif (IPK) di perguruan tingggi bisa berpengaruh pada perkembangan kualitas manusia 5-10 tahun yang akan datang.