Aksi di Depan Kantor Gubernur, IMM se-Kota Semarang Ajak Generasi Milenial Ikut Suarakan Wadas
Aliansi IMM se-Kota Semarang yang berjumlah ratusan mahasiswa mendatangi Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Jumat (18/2/2022) pukul 16.00 WIB
TRIBUNJATENG.COM, Semarang - Aliansi IMM se-Kota Semarang yang berjumlah ratusan mahasiswa mendatangi Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Jumat (18/2/2022) pukul 16.00 WIB di Jalan Pahlawan Kota Semarang.
Aksi dipimpin langsung oleh Ketua Umum PC IMM Kota Semarang, Immawan Arif Afruloh.
Massa aksi melakukan mimbar bebas sebagai bentuk ruang penyampaian ekspresi atas segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah.
Immawan Arif Afruloh dalam orasinya menyampaikan, seharusnya Gubernur Jawa Tengah sadar diri siapa yang memberikan kepercayaan kepadanya sebagai pejabat publik!

"Seharusnya pula Aparat Kepolisian sadar diri bahwa segala perangkat yang melekat bahkan tak lepas dari uang rakyat!," ungkapnya, seperti dalam rilis.
Aksi berjalan kondusif, dengan penjagaan sejumlah aparat.
Kader-kader tiap komisariat menyampaikan ekspresinya dengan berbagai bentuk seperti orasi, baca puisi, teatrikal, hingga melalui musik.
Aksi tersebut diikuti oleh 18 Komisariat yang tersebar di berbagai Perguruan Tinggi di Kota Semarang.
Melalui poster dan banner dengan membawa kekhasan bahasa millenial, IMM Kota Semarang coba sampaikan pada publik terkhusus generasi muda untuk sadar soal perampasan ruang hidup dan segala bentuk eksploitasi alam demi kelangsungan hidup dihari mendatang.
Sampai dengan dipenghujung aksi Pukul 17.45 WIb, sebelum membubarkan diri, massa lalu berdoa bersama untuk perjuangan warga Wadas.
Temuan KomnasHAM
Sementara itu, diberitakan sebelumnya, berdasarkan temuan Komnas HAM RI yang mendatangi Desa Wadas saat bertemu warga, adanya trauma yang dialami warga usai ditangkap oleh aparat kepolisian.
Hal itu diungkapkan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara, seperti dikutip Kompas.com, Minggu (12/2).
Diketahui, dalam penangkapan tersebut, polisi menduga masyarakat membawa senjata tajam dan mengancam keamanan saat pengukuran lahan untuk penambangan batu andesit hendak dilakukan.
Saat ini, para warga yang sebelumnya ditangkap dikabarkan telah dibebaskan.
"Banyak warga dewasa dan anak mengalami trauma," kata Beka.
Dari penelusuran, imbuh Beka, ada sejumlah warga yang hingga kini belum kembali ke rumahnya. Hal itu disebabkan lantaran masih adanya rasa takut dan trauma yang dialami warga.
Kerenggangan Sosial
Selain itu, konflik di Desa Wadas, Purworejo telah memicu kerenggangan sosial antara warga pro dan kontra.
Beka menyebut sampai saat ini memang belum terjadi bentrokan fisik atau kekerasan antar warga, namun sudah berdampak pada relasi sosial.
"Tetapi memang relasi sosial ini sangat terganggu, artinya apa, antara (warga) pro dan kontra ini juga sama-sama melihat kedua kelompok ini sama-sama melaporkan adanya intimidasi," kata Beka dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (13/2).
Terganggunya relasi sosial antar warga ini, kata Beka, salah satunya terlihat saat seorang warga dari satu kelompok mengadakan suatu acara.
Misalnya, warga dari kelompok pro menggelar acara pengajian atau khitanan, maka warga dari kelompok kontra tidak hadir dalam acara tersebut.
"Itu yang menjadi salah satu konsentrasi Komnas bahwa di tingkat masyarakat di warga Wadas ini relasi sosialnya sudah sampai sana," ucap Beka.
Senada, Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah Tardi juga menyampaikan bahwa konflik yang terjadi di Desa Wadas menimbulkan keretakan kohesi sosial antara warga yang pro dan kontra.
Tak hanya itu, kata Siti, mayoritas warga Wadas, khususnya perempuan menjadi cemas dan resah akibat gangguan yang terjadi.
"Mayoritas warga desa khususnya perempuan menjadi cemas dan resah karena gangguan-gangguan yang datang dari pihak luar desa yang mengancam keharmonisan antar warga dan kehidupan mereka," tutur Siti.
Diketahui, aparat bersenjata lengkap dikerahkan ke Desa Wadas untuk mengawal pengukuran kawasan tambang Andesit guna kebutuhan bendungan Bener, sejak Selasa (8/2) hingga Jumat (11/2) lalu. (rilis/kps/cnn)