Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ekonomi Bisnis

Ngatno Terpaksa Jual Rp 20 Ribu di Kendal, Kulakan Minyak Goreng Harus Sepaket Produk Lain

Ngatno harus menyiapkan modal lebih besar dari biasanya jika ingin mendapatkan minyak goreng, utamanya minyak goreng dengan merk Hemart.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/SAIFUL MA'SUM
Pedagang menjual minyak goreng dengan harga Rp 20.000 per liter di Pasar Pagi Kaliwungu, Rabu (23/2/2022). Tingginya harga yang dipatok pedagang karena modal yang cukup besar harus dikeluarkan ketika membeli stok minyak goreng dari suplayer. 

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Kebijakan mensubsidi minyak goreng oleh pemerintah kini menuai permasalahan baru bagi pedagang, seperti contoh di Kabupaten Kendal.

Di Pasar Pagi Kaliwungu Kendal, pedagang kelimpungan untuk mendapatkan stok minyak goreng sejak awal Februari 2022.

Bahkan, mereka harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk mendapatkan persediaan minyak goreng yang terbatas.

Baca juga: 30 Persen Perajin Tahu Tempe di Kendal Berhenti Produksi, Primkopti Tak Bisa Berbuat Banyak

Baca juga: Disdagkop-UKM Kendal Temukan Banyak Minimarket Kehabisan Stok Minyak Goreng

Baca juga: Empat Sepeda Hilang di Waktu Bersamaan, Terjadi di Dua Rumah Perum Permata Kendal, Ini Kata Korban

Baca juga: Capaian Investasi di Kawasan Industri Kendal Rp 23 Triliun, Puluhan Perusahaan Siap Gabung

Bukannya mendapatkan barang yang sesuai harga eceran tertinggi (HET), pedagang justru harus menyiapkan modal lebih besar jika ingin mendapatkan stok minyak goreng.

Seperti yang dialami Ngatno, pedagang sembako di Pasar Pagi Kaliwungu Kendal ini.

Ngatno mengatakan, langkanya stok minyak goreng sudah terjadi sejak awal Februari 2022.

Dia baru mendapatkan stok minyak goreng pada Rabu (23/2/2022) dari suplayer setelah menunggu pesanan 15 hari.

Belum lagi, Ngatno harus menyiapkan modal lebih besar dari biasanya jika ingin mendapatkan minyak goreng, utamanya minyak goreng dengan merk Hemart.

Setiap pembelian satu karton minyak goreng, Ngatno diminta oleh suplayer untuk belanja kebutuhan lain minimal Rp 300.000.

Sehingga, ia harus mengelurkan dana Rp 500.000 agar bisa mendapatkan satu karton minyak goreng satu literan isi 12 botol.

Rp 200.000 untuk pembelian minyak goreng, sisanya Rp 300.000 untuk wajib belanja berbagai produk lain.

"Harga minyaknya saja saya beli Rp 18.000 per liter."

"Sudah tinggi, ditambah harus belanja apapun produk minimal Rp 300.000."

"Iya kalau punya dana lebih, kalau tidak punya, enggak bisa dapat stok minyak goreng," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (23/2/2022).

Metode tersebut, kata Ngatno, berlaku untuk kelipatannya.

Seperti contoh, jika pedagang ingin mendapatkan minyak goreng dua karton, harus belanja produk lain minimal Rp 600.000, dan seterusnya.

Dia pun tidak habis pikir dengan skema yang diberikan suplayer kepada pedagang. 

Ngatno ingin bisa berjualan minyak goreng dengan nyaman dan mudah, tanpa adanya aturan yang berbelit-belit dan memberatkan.

"Karena modal saya juga besar, saya pun jualannya cari untung."

"Satu liter minyak goreng saya jual Rp 20.000."

"Enggak saya paketkan dengan produk lain," ujar dia.

Pedagang lain, Jamilatun juga merasakan hal serupa.

Tapi, dia tidak dikenakan wajib belanja oleh suplayer minyak goreng bermerk Sunco.

Jamilatun dikenakan wajib beli produk sabun mandi batangan setiap pembelian minyak goreng dengan nota terpisah.

Seperti contoh, Jamilatun terakhir kali membeli minyak goreng merk Sunco 10 karton dengan harga di atas HET.

Ia pun menjualnya kembali dengan harga Rp 20.000 per liter.

Kata dia, dari pembelian 10 karton minyak goreng, suplayer memberikan 7 paket sabun batangan berbagai merk.

Setiap paketnya berisi 4 biji, dengan jumlah total 28 batang sabun.

Tujuh paket sabun mandi itu bukan menjadi bonus atas pembelian 10 karton minyak goreng.

Jamilatun harus membayarnya dengan nota yang berbeda dengan harga Rp 2.333 per batang.

"Saya jualnya enggak paketan produk lain."

"Minyaknya saya jual Rp 20.000 per liter, kalau sabunnya saya jual ecer Rp 2.500 per batang."

"Alhamdulillah sabunnya sudah laku tiga," kata dia kepada Tribunjateng.com, Rabu (23/2/2022).

Jamilatun berharap, pemerintah mencarikan solusi atas kelangkaan stok minyak goreng.

Dia ingin, semuanya kembali mudah agar pedagang tidak semakin tercekik.

"Kami hanya ingin berjualan lancar. Untung sedikit enggak apa-apa, yang penting bisa jualan."

"Kalau seperti ini terus, jadi susah."

"Padahal peminatnya minyak goreng juga banyak, masak jualan minyak goreng sebulan sekali," tuturnya. 

Beberapa pedagang juga sulit mendapatkan minyak goreng dengan merk lain.

Sementara itu, pendapatan pedagang gorengan merosot karena tingginya harga minyak goreng di pasar tradisional.

Seperti yang dialami Ruwati, pedagang aneka gorengan di Kota Kendal.

Kata dia, sulit mencari minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter di minimarket.

Dia pun terpaksa membeli minyak goreng dengan harga Rp 20.000 di pasar tradisional.

"Yang jelas, pendapatan saya berkurang banyak."

"Yang tadinya bisa untung Rp 100.000 per hari, paling sekarang hanya Rp 40.000."

"Minyaknya mahal, carinya juga susah," tutur Ruwati.

Disdagkop dan UKM Kabupaten Kendal bakal menggelar rapat koordinasi bersama pihak-pihak terkait untuk menyikapi problematika minyak goreng di Kendal.

Salah satunya terkait temuan perdagangan minyak goreng paket dengan produk lain di sejumlah pasar tradisional. (*)

Baca juga: Viral Jambret Tak Hafal Jalan Kabur Malah Masuk Gang Buntu di Jaten Karanganyar

Baca juga: Prof Andreas Lako Guru Besar Unika Semarang Meninggal, Wariskan Banyak Ilmu Konsep Akuntansi

Baca juga: Saat Pengecekan, Mayoritas ASN Pemkot Pekalongan Belum Bisa Gunakan APAR, Muncullah Pelatihan Ini

Baca juga: Dindik Kota Pekalongan Rencanakan Homologasi PAUD PKK, Ini Alasannya

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved