Berita Semarang
Wahid Foundation Perkenalkan Buku Sekolah Damai untuk Mengajarkan Siswa Bertoleransi
Wahid Foundation menggelar acara bersama dengan kepala sekolah di Kota Semarang.
Penulis: faisal affan | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada siswa di sekolah tentang pentingnya toleransi, Wahid Foundation menggelar acara bersama dengan kepala sekolah di Kota Semarang.
Acara yang diselenggarakan di Hotel Novotel Semarang ini, sekaligus untuk meluncurkan buku Q & A Sekolah Damai dan Cerita Sekolah Damai. Masing-masing buku tersebut ditulis oleh Ceprudin dan Siti Rofi'ah.
Sejak tahun 2017, Wahid Foundation sudah getol melakukan program Sekolah Damai bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kebangpolinmas Jawa Tengah.
Kedua buku ini, selain berisi panduan pelaksanaan program Sekolah Damai, berisi juga cerita-cerita unik di 5 SMA di Jawa Tengah yang mengikuti program Sekolah Damai yang berjalan sejak tahun 2017.
Cepruddin, satu di antara penulis mengatakan sebenarnya yang mengikuti program ini ada 35 sekolah. Namun disaring menjadi 5 SMA karena konsistensi keikutsertaannya dalam program sejak 2017 hingga 2021.
"Awal mula program ini berjalan kami masih meraba-raba latar belakang para guru yang kita undang, apakah berideologi toleran atau tidak. Jadi kami melakukan screening dalil, apakah cocok dengan pendirian ideologis guru tersebut atau tidak," ujar Direktur Lembaga Sosial Agama (ELSA) Semarang, Jumat (25/2/2022).
Penulis lain, Siti Rofi'ah, mengatakan buku ini dibuat untuk menjadi panduan sekolah-sekolah dalam membuat program serupa.
"Jadi buku ini kami buat untuk menjadi panduan bagi sekolah-sekolah agar menjalankan program Sekolah Damai secara simultan dan berkesinambungan di sekolah masing-masing. Jika suatu saat nanti program pendampingan dari Wahid Foundation sudah habis, maka harapannya sekolah-sekolah yang telah lama bekerja sama akan mampu membuat program secara mandiri," ujar pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga itu.
Format penulisan buku itu berbentuk tanya jawab soal fenomena keagamaan, toleransi, hingga seputar program Sekolah Damai itu sendiri.
"Dalam buku itu format yang kami buat adalah tanya jawab. Kenapa demikian? Karena biasanya di dalam pertanyaan-pertanyaan itu mewakili pertanyaan banyak masyarakat yang muncul. Seperti apa sih Sekolah Damai, bagaimana cara mempraktekkan di sekolah, prinsip-prinsipnya apa gitu," ungkapya.
Rofi'ah juga mengatakan, saat ini sudah ada belasan sekolah yang siap bergabung dengan program Sekolah Damai. Harapannya, kedepan akan makin bertambah.
Dalam buku itu, ada lima sekolahan di Jawa Tengah yang menuangkan pengalamannya. Di antaranya SMA 1 Cepiring Kendal yang pada waktu Sekolah Damai 2017, Aliyah selaku guru agama di sana adalah orang yang setia dengan eksistensi Sekolah Damai hingga kini.
Aliyah bercerita tentang pengalamannya membubarkan Ekstrakurikuler Rohaniwan Islam (Rohis) yang berideologi ekstrim bahkan akan berangkat ke Suriah saat itu.
Ada lagi pengalaman dari SMA 13 Semarang yang diceritakan Endah selaku Kepala Sekolah. Dia bercerita tentang upayanya mendamaikan siswa sekolah saat terpilih Ketua OSIS dari agama Nasrani.
Bahkan SMA 13 Semarang pernah merekrut vokalis gereja yang mengikuti lomba rebana. Hal ini menjadi unik karena Endah mengizinkan hal tersebut.