Berita Bisnis
Gas LPG Nonsubsidi Naik, Pedagang Mulai Kurang Pasokan Gas Melon
Kenaikan harga produk LPG nonsubsidi yang berlaku mulai tanggal 27 Februari 2022 kemarin, membuat para pedagang mulai khawatir akan kelangkaan gas.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan harga produk LPG nonsubsidi yang berlaku mulai tanggal 27 Februari 2022 kemarin, membuat para pedagang mulai khawatir akan kelangkaan gas melon atau gas elpiji 3 kilogram (bersubsidi).
Pasalnya, setelah adanya pengumuman penyesuaian harga LPG nonsubsidi yang berlaku sekitar Rp 15.500 per kilogram itu, pedagang kini mulai merasakan tersendatnya pasokan.
Toyib, satu di antara pedagang ecer gas melon di jalan Kauman Semarang menuturkan, jumlah didapatkannya kini mulai berkurang jika dibandingkan dengan sebelum adanya kenaikan harga elpiji nonsubsidi.
Baca juga: Tendangan Salto Pemain Bhayangkara FC Bikin Dedi Persikota Tangerang Ambruk Hingga Dibawa ke RS
Baca juga: Dana Perbaikan Jalan di Purbalingga Menurun Akibat Pandemi, dari Rp 190 Miliar Menjadi Rp 70 Miliar
Baca juga: Hasil BRI Liga 1: Bali United Tumbangkan Persela Lamongan, Jauhi Lawan-lawannya di Klasemen
Dikatakan, jika biasanya dalam sehari ia bisa memperoleh hingga 30 tabung gas melon untuk dikirim ke rumah-rumah ataupun warung, kini ia hanya mendapatkan sekitar 20 tabung.
"Sekarang agak langka, biasanya dapat banyak sekarang sedikit.
Kalau biasanya sekali ambil (ke agen) saya dapat 15 tabung, dua kali sehari jadi sekitar 30 tabung. Ini paling sekali antar 10 atau 8 tabung. Kalau sekarang sehari sekitar 20 tabung. Tidak pasti," kata dia, Selasa (1/3/2022).
Toyib menyebutkan, seperti yang telah diumumkan PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) bahwa harga gas bersubsidi memang tidak mengalami kenaikan.
Saat ini, ia pun masih kulak dengan harga Rp 16 ribu yang kemudian ia jual dengan harga Rp 18 ribu per tabung isi ulang.
Namun kata dia, dengan adanya kenaikan harga gas elpiji non subsidi turut memberikan pengaruh terhadap pendistribusian tabung gas bersubsidi.
"Pengiriman jadi telat, sehingga pelanggan juga berusaha cari di sekitar sini tapi susah juga. Kalau gas elpiji 5,5 kilogram dan 12 kilogram memang saya tidak jual, tidak punya tabungnya," kata dia.
Pedagang ecer lain, Setiabudi yang memiliki toko di jalan Wotgandul Semarang menuturkan, sejak adanya penyesuaian harga gas elpiji nonsubsidi, penjualan gas elpiji bersubsidi semakin meningkat.
Dikatakan, jika biasanya ia mampu menjual sekitar 30 gas elpiji melon, dengan kenaikan harga nonsubsidi kini ia mampu menjual sekitar 40 gas elpiji melon.
"Gas Melon sekarang laris, karena banyak yang beralih ke tabung kecil (melon). Biasanya sehari terjual sekitar 30 tabung, sekarang 40 tabung," ungkapnya.