Fokus
Fokus: Pawang Hujan Indonesia Mendunia
Tak hanya media asing yang mengabarkan keberadaannya, Official MotoGP juga mengunggah konten Sang Pawang Hujan ke akun Twitter resminya.
Penulis: m nur huda | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNJATENG.COM - Kehadiran pawang hujan di Sirkuit Mandalika dalam ajang MotoGP Indonesia 2022, menjadi perhatian dunia.
Tak hanya media asing yang mengabarkan keberadaannya, Official MotoGP juga mengunggah konten Sang Pawang Hujan ke akun Twitter resminya.
Race MotoGP Mandalika yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo ini sempat tertunda sekira 75 menit dari jadwal awal karena hujan deras, hingga kemudian dapat dilasakanakan setelah hujan mereda.
Sang pawang hujan, Mbak Rara atau Raden Rara Istiani Wulandari masuk ke area Ring 1 dan melakukan ritual di area tersebut. Aksinya di depan Paddock, sontak mencuri perhatian para pembalap dan tim serta penonton.
Baca juga: Rara Pawang Hujan Sirkuit Mandalika Sempat Kesulitan Akses, Sehingga Terjadilah Hujan
Sebagaimana diketahui, Dorna Sports selaku operator dan pemegang hak komersial MotoGP mempunyai regulasi keras tentang siapa saja yang berhak masuk ke area tertentu.
Paddock dan lintasan adalah area paling sakral di sirkuit yang hanya bisa diakses tim, pembalap, dan orang dengan akses prioritas lainnya. Namun, MGPA (Mandalika Grand Prix Association) sebagai operator sirkuit menyampaikan bahwa Mbk Rara mendapat izin khusus dari Dorna.
Kehadiran Mbak Rara menunjukkan khasanah lokal di perhelatan modern yang didominasi mesin dan teknologi super canggih, di mana faktor eksakta dan forecastingnya didasarkan pada data saintifik.
Mbak Rara, sebenarnya bukan pawang hujan baru. Dari pengakuannya, ia pernah menjadi pawang hujan saat acara pembukaan Asian Games 2018, Liga 1, Liga 2 di Jakarta Event vaksin, sentra vaksin bersama BUMN di 5 kota.
Rara menganggap apa yang ia lakukan merupakan wujud ikhtiar alternatif. Di sisi lain, keterlibatannya juga direkomendasikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengeluarkan kemampuannya mengendalikan cuaca menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu juga menggandeng TNI AU.
Upaya BRIN menyusul peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di wilayah NTB yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin puting beliung.
Operasi TMC di Mandalika dilakukan pada 17 hingga 20 Maret 2022 dengan mengerahkan 15 personel dari Laboratorium Pengelolaan TMC dan Sekretariat Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi, serta melibatkan 1 Unit armada pesawat Casa 212-200 dari Skadron 4 TNI AU Lanud Abdulrahman Saleh Malang.
Tiap hari, tim bersama BMKG selalu menganalisa data cuaca dan memonitor pertumbuhan awan dari radar untuk menentukan strategi penyemaian. Ketika sudah terpantau, segera melakukan penyemaian untuk mempercepat proses hujan supaya jatuh lebih dahulu sebelum mencapai daerah target.
Terlepas siapa yang benar-benar pawang pengendali hujan, entah BRIN ataukah Mbak Rara, dalam hal ini keberadaan aktivitas ritual budaya lokal telah dikenal. Sehingga Indonesia dikenal dunia internasional tidak semata karena radikalisme dan intolerasi.
Ritual adat dan budaya pasca Mbak Rara di Mandalika, mendapat tempat dalam khasanah kehidupan kebhinnekaan Indonesia. Tentunya tidak perlu takut menampilkan praktik budaya nusantara.(*)