Berita Semarang
4 Kecamatan di Kota Semarang akan Terapkan Zero Run-off Technology Untuk Kurangi Dampak Banjir
4 Kecamatan di Kota Semarang akan menjadi pilot project penerapan teknologi zero run off untuk mengurangi genangan banjir akibat genangan air yang tid
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - 4 Kecamatan di Kota Semarang akan menjadi pilot project penerapan teknologi zero run off untuk mengurangi genangan banjir akibat genangan air yang tidak bisa meresap.
Penerapan teknologi tersebut nantinya akan serupa dengan pembuatan sumur resapan hinggga pemanfaatan paving block yang lebih mudah meresap air.
Rencana itu di inisiasi oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), bersama sembilan changemakers (kelompok yang berinovasi dan membawa perubahan) dari Catalyst Changemakers Lab (CCL).
Baca juga: Video Truk Gandeng Muatan Bahan Pupuk Terguling di Depan Pasar Jerakah Semarang
Baca juga: 4 Pemain Persib Bandung yang Terancam Absen di Laga Penentuan Juara Liga 1 vs Persik Kediri
Baca juga: Cara Jose Mourinho Buat Tammy Abraham Pecahkan Rekor Batistuta di AS Roma
Baca juga: Brahim Diaz Inkonsisten, AC Milan Incar Playmaker Manchester United Musim Depan
Solusi inovatif ini melibatkan para startup, organisasi sipil masyarakat (LSM), masyarakat dan pemerintah, untuk bersama-sama menjawab permasalahan air di kota Makassar, Semarang, dan Bandar Lampung mulai dari Mei 2022 sampai setahun ke depan.
“Setelah melakukan persiapan selama tiga bulan, solusi dari para startup dan organisasi lingkungan dibawah program CCL kini siap diimplementasikan." terang Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa.
"Solusi tersebut dirancang khusus untuk menjawab persoalan setiap kota terutama yang terkait akses air minum, pelestarian air, sampah di perairan, dan ketahanan terhadap bencana hidrometeorologi.”
Monica menambahkan, YABB dan CCL sengaja memilih permasalahan terkait air karena pihaknya melihat tiga isu pada tahun 2021.
"Pertama, 70% akses air minum di Indonesia masih berasal dari sumber non-perpipaan, yang meliputi air bawah tanah, kran umum, dan sumber lainnya."
"Kedua, sebesar 98% bencana alam yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi seperti bencana banjir."
"Ketiga, air adalah penopang hidup kita yang erat kaitannya dengan sampah, perubahan iklim, ketimpangan sosial ekonomi, dan kerentanan terhadap bencana hidrometeorologi."
"Kami pun memilih tiga kota pesisir yang memiliki resiko terdampak dari kedua isu tersebut,” terangnya.
Sebagai contoh di Semarang, lebih dari 200 bencana alam merupakan bencana hidrometeorologi.
Guna menjawab persoalan tersebut, YABB, GoTo, mitra pelaksana Social Innovation Acceleration Program (SIAP), dan BAPPENAS telah memilih sembilan changemakers yang terbagi dalam tiga kelompok untuk menjawab persoalan di masing-masing kota tersebut.
Adapun solusi permasalahan air yang akan diimplementasikan adalah sebagai berikut:
Baca juga: Video Sosok Jimmy Christofer, Wisudawan Terbaik Unika Soegijapranata
Baca juga: Ini 5 Manfaat Nangka untuk Kesehatan, Salah Satunya Baik untuk Tulang dan Gigi
Baca juga: Para Pemain PSG Terpecah Jadi Dua Kubu, Ini Penyebabnya
Bangun ketahanan bencana hidrometeorologi melalui implementasi teknologi zero run-off di Mijen, Ngaliyan, Gunungpati, dan Tembalang Semarang