Berita Nasional
Densus 88 Tangkap 16 Terduga Teroris di Sumatera Barat Wilayah Dhamasraya & Tanah Datar
Sejumlah 16 terduga teroris ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Sumatera Barat (Sumbar). Sejumlah 16 terduga teroris yang ditangkap De
Sebelum ditangkap, Ponidi menuturkan, DK sudah dipantau tim Densus 88 antiteror selama 1 bulan. Saat itu, datang seseorang yang tidak dikenal kepada Ponidi bertanya soal DK.
"Pertama datang satu orang tanya DK dan rumahnya. Saat itu saya di sekitar kandang ayam, kebetulan kandang ayam saya di belakang rumah DK," jelasnya.
Setelah pertemuannya itu, dia menambahkan, datang kembali dua personel pada keesokan harinya dengan memasang kamera pengawas (CCTV). Kamera tersebut dipasang di satu sudut bangunan kandang ayam milik Ponidi.
Ponidi pun diminta untuk merahasiakan misi pengawasan dan pemantauan itu dari siapapun.
"Saya sempat tanya, kenapa DK diawasi? Dijawab, masuk dalam daftar jaringan teroris. Saya juga kaget," ucapnya.
Setelah kamera pengawas itu terpasang, keseharian DK dipantau oleh tim Densus 88. Setiap hari, mulai pagi sampai sore hari datang tim pengawas untuk memantau aktivitas DK. Baik aktivitas rutin sehari-hari, hingga aktivitas lain yang tak terduga, seperti COD-an barang dengan kurir/jasa pengantar barang.
"Setiap hari ada yang datang mengawasi DK. Mulai dari cari rumput, ke sawah, salatnya, Jumatannya, sampai COD-an barang. Kalau ada kurir yang datang, dicegat oleh petugas, ditanya bawa apa, dari mana," tuturnya.
Penangkapan
Hingga akhirnya Ponidi dikabari petugas untuk mengamankan DK sehari sebelum penangkapan dilakukan. Ada sekitar 20 personel yang turun untuk mengamankan DK dengan menggunakan pakaian biasa.
Rumah DK pun turut digeledah di hari yang sama saat penangkapan. Ada beberapa barang yang diamankan oleh tim Densus 88 antiteror, meliputi handpone, barbel, alat panahan, buku rekening, dan beberapa barang lain.
"DK juga kadang terlihat belajar panahan di belakang rumah. Beli panahan, katanya harga Rp 3 jutaan. Bilangnya mau ikut lomba gitu," terang Ponidi, seraya menambahkan, orangtua DK syok dan terkejut ketika anak semata wayangnya ditangkap tim Densus 88.
Kepala Desa Tabet, Supriyadi mengungkapkan, penangkapan satu warganya itu dilakukan secara senyap.
Pihak pemerintah desa baru mendapatkan kabar di hari penangkapan untuk menjadi saksi penggeledahan rumah DK.
Ia pun mengaku tekejut dengan kabar itu.
"Saya dapat kabar itu pas hari penangkapan. Saya juga telat, enggak lihat penangkapannya. Hanya menyaksikan penggeledahan rumahnya. Waktu itu turun hujan," papardia.
Supriyadi berujar, penangkapan DK dilakukan tim Densus 88 sekitar pukul 15.00. Ada tiga perwakilan dari pemerintah desa yang ikut menyaksikan penggeledahan rumah DK. Dua di antaranya menjadi saksi langsung penangkapan DK.