Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Wakil Ketua Aptrindo Jateng-DIY Berharap Kelangkaan Bio Solar Bisa Teratasi

Kelangkaan bahan bakar jenis Biosolar belum menunjukkan tanda-tanda akan segera teratasi.

Penulis: Hermawan Handaka | Editor: sujarwo
zoom-inlihat foto Wakil Ketua Aptrindo Jateng-DIY Berharap Kelangkaan Bio Solar Bisa Teratasi
Ist
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng dan DIY, Bambang Widjanarko

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kelangkaan bahan bakar jenis Biosolar yang dimulai sejak sebulan lalu di luar Jawa belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera teratasi, bahkan daerah yang mengalami kelangkaan telah semakin meluas.

Di beberapa daerah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa masih saja terjadi antrean panjang untuk mendapatkan Biosolar.

Pengemudi truk terpaksa banyak yang sampai harus rela menginap di sejumlah SPBU demi untuk mendapatkan Biosolar.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia ( APTRINDO ) Jateng & DIY, Bambang Widjanarko, mengatakan, sebenarnya pemerintah, Pertamina dan BPH Migas perlu berterus terang kepada masyarakat tentang apa yang sedang terjadi.

Jangan semua pihak hanya berusaha mengeluarkan pernyataan berupa pembelaan terhadap institusinya masing-masing saja.

Menurutnya, bagi masyarakat pengguna Biosolar yang paling dibutuhkan adalah bagaimana caranya agar Biosolar selalu tersedia dan pembeli tidak perlu mengantre hingga berjam-jam bahkan berhari-hari untuk mendapatkannya, daripada harus mendengar keterangan yang berbeda-beda dari pemerintah, Pertamina, BPH Migas.

Sebenarnya, dijelaskannya ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan agar quota Biosolar bisa mencukupi kebutuhan masyarakat.

Antara lain adalah Biosolar hanya dijual kepada semua jenis angkutan umum saja dan tidak diperuntukkan bagi semua jenis kendaraan pribadi.

Atau pemerintah harus berani mencabut subsidi Biosolar jika memang pemerintah punya alasan tidak mau APBN tekor gara-gara kenaikan harga minyak dunia yang sudah hampir mencapai 100 persen ( dari 65 US Dollar menjadi diatas 100 US Dollar per barel ) 

Alternatif selanjutnya, jika memang pemerintah tetap tidak mau mencabut subsidi namun tidak mau tekor lebih banyak lagi akibat kenaikan harga minyak dunia, maka pemerintah bisa saja menetapkan misalnya hanya sanggup mensubsidi Rp 2.000 per liter saja, berarti menaikkan harga Biosolar tanpa harus melepas subsidi sepenuhnya.

"Daripada harga Biosolar tetap sedangkan harga minyak dunia sudah naik sangat signifikan, sehingga subsidi pemerintah membengkak dan pemerintah tidak mau APBN jebol malah mengambil opsi mengurangi pasokan Biosolar sehingga mempersulit masyarakat yang membutuhkan, " pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved