Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

12 Ribu Calon Pekerja Migran Disiapkan Pemerintah Untuk Berangkat Ke Korea Selatan

Sebanyak 12 ribu Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) melakukan verifikasi dokumen pendaftaran di Universitas Negeri Semarang, Kamis (14/2/2022).

Penulis: faisal affan | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Faizal M Affan
Kepala BP2MI, Benny Rhamdani bersama dengan Edy Wuryanto, Komisi IX DPR RI 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebanyak 12 ribu Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) melakukan verifikasi dokumen pendaftaran di Universitas Negeri Semarang, Kamis (14/2/2022).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) ini, termasuk program Government to Government (G to G) ke Korea Selatan (Korsel) sektor manufaktur dan perikanan tahun 2022.

Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, mengatakan BP2MI telah menargetkan tahun 2022 ini sebagai tahun penempatan, mengingat kondisi yang kian kondusif untuk kembali melakukan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Baca juga: Tabok Aplikasi Penghasil Uang Membayar ke DANA, Game Selamatkan Lebah dari Alien

Baca juga: Masa Lalu Kelam Kakak Angkat yang Siksa Dila Hingga Tewas, Dididik Keras Ayahnya yang Sipir Penjara

Baca juga: Uang Jutaan Rupiah dari Bank Digasak Maling yang Bobol Jok Motor saat Parikir di Bengkel

"Kegiatan verifikasi dokumen hari ini adalah salah satu rangkaian dari upaya BP2MI untuk mewujudkan harapan tersebut,” ujarnya.

Lanjut Benny, terdapat sebanyak 11.397 CPMI akan melakukan verifikasi dokumen pendaftaran program G to G ke Korsel sepanjang periode 11 hingga 16 April 2022 di UNNES. “Diketahui telah ada 1.650 CPMI yang melakukan verifikasi dokumen pada 11 April 2022 dan 2.500 CPMI pada 12 April 2022,” jelasnya.

Benny menambahkan, Jawa Tengah sendiri memang dikenal sebagai daerah yang telah menempatkan PMI dalam jumlah besar ke berbagai negara penempatan. Sepanjang lima tahun terakhir, dari tahun 2017 hingga 2022, total penempatan PMI yang berasal dari Jawa Tengah sudah mencapai 227.165 PMI.

Minat yang tinggi dari para CPMI untuk mengikuti program G to G ke Korsel ini, sambung Benny, tentunya harus dibarengi dengan pelindungan dari berbagai bentuk kejahatan yang mengintai mereka.

“Hingga saat ini, kami masih memiliki dua musuh utama, yaitu sindikat penempatan ilegal PMI dan juga sindikat ijon rente. Kami selalu berikhtiar untuk menabuh genderang perang melawan para sindikat, contohnya dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Sikat Sindikat hingga merilis Kredit Tanpa Agunan (KTA) bersama bank pemerintah dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) PMI dengan bunga enam persen,” tegasnya.

Tak hanya itu saja, para CPMI yang lolos seleksi dan bisa berangkat ke negara tujuan akan mendapatkan bantuan pinjaman biaya perjalanan dari pemerintah dalam bentuk KUR. Setiap PMI yang lolos akan mendapatkan pagu kredit hingga Rp 100 juta dan tanpa menggunakan agunan.

"Tentu PMI bisa tidak mengambil semuanya. Cukup disesuaikan dengan total biaya yang digunakan untuk perjalan ke negara tersebut. Ini bertujuan supaya mereka tidak perlu lagi terjerat rentenir atau bahkan harus menjual aset di desa. Syaratnya pun cukup mudah, hanya KTP dan surat keterangan dari BP2MI," paparnya.

Sementara itu, Edy Wuryanto, Komisi IX DPR RI, mengatakan ingin semua proses seleksi yang dilakukan bisa berjalan secara transparan. Sebab pemerintah tidak hanya bertugas untuk memberikan penempatan, tapi juga perlindungan terhadap PMI.

"Ini yang mendaftar juga mahasiswa Unnes. Jadi anak muda sekarang harus bergerak lebih luas. Tidak hanya berkutat dalam lingkup yang sempit saja. Terima kasih untuk Unnes yang membantu memfasilitasinya," tuturnya.

Di lain pihak, Rektor Unnes Fathur Rokhman, mengatakan kerjasama yang dilakukan antara Unnes dan BP2MI untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama proses verifikasi dokumen CPMI.

"Mereka yang bertugas sebagai verifikator adalah dosen dan mahasiswa. Kami sepakat selama proses ini harus berjalan dengan transparan dan fair. Tidak ada yang boleh bermain-main. Karena bekerja di luar negeri ini tidak sembarangan," tegasnya.

Pihaknya pun meminta kepada seluruh CPMI yang lolos seleksi untuk bisa membawa integritas dan kedisiplinan dalam bekerja. Termasuk budaya kerja yang profesional harus diterapkan saat bekerja.

"Jadi pekerja di luar negeri harus brilian. Jangan sampai warga Jawa Tengah yang bekerja di sana menjadi murahan," pungkasnya.(afn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved