Puasa Ramadhan 1443
Siapkah Anda Berjumpa Malam Lailatul Qadar? Gus Baha Jelaskan Persiapan yang Mesti Dilakukan
Menurutnya, meskipun Lailatul Qadar disebut hanya turun sehari, kebaikan tak boleh terbatas akan hal itu
TRIBUNJATENG.COM - Ramadhan 2022 telah sampai pada ke-17.
Artinya, umat muslim kini berisiap untuk berlomba-lomba menjemput malam Lailatul Qadar.
Diyakini, Lailatul Qadar turun pada malam di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Adapun Lailatul Qadar adalah malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan.
Untuk mendapat keistimewaan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu, orang berbondong-bondong meningkatkan ibadah.
Baca juga: Full Pahala di Bulan Ramadhan, Berikut 15 Amalan Utama yang Bisa Jadi Penghapus Dosa
Baca juga: Rukun Ibadah Umroh, Tak Boleh Dilakukan Saat Bulan Haji
Konon, Lailatul Qadar bakal datang pada malam-malam ganjil di 10 hari Ramadhan.
Namun, Lailatul Qadar tetaplah malam yang dirahasiakan Allan SWT soal kapan turunnya.
Dalam pencarian Lailatul Qadar, dai kondang yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA, Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, mengutarakan pendapatnya.
Menurutnya, meskipun Lailatul Qadar disebut hanya turun sehari, kebaikan tak boleh terbatas akan hal itu.
Dengan demikian, ibadah tetaplah baik dilakukan kapan saja.

"Ibadah itu nggak ada ruginya, mau dapat lailatul Qadar maupun nggak," kata Gus Baha.
Hal itu ia sampaikan saat berbincang dengan ahli tafsir, Quraish Shihab dan Najwa Shihab.
Perbincangan itu terekam dalam video yang tayang di kanal YouTube Najwa Shihab, Minggu (2/5/2021).
Perlu Persiapan dan Ikhtiar
Lebih lanjut, Gus Baha mengatakan bahwa untuk mencari Lailatul Qadar dibutuhkan persiapan.
“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari.
Kalau tidak ada persiapan, namanya penunggu. Bukan pencari,” kata Gus Baha.
Ia pun mengungkapkan sebuah kisah tentang Imam Syafi'i yang ditanyai kenapa tayamum di padang sahara harus mencari air dulu.
"Kan sudah karuan tidak ada air, kenapa harus mencari air dahulu baru sah tayamum sebagai pengganti air," kata Gus Baha.
Imam Syafi'i saat itu menjawab, seseorang yang tidak pernah mencari tidak bisa dikatakan tidak menemukan.
"Sama, di mana-mana mencari itu ada ikhtiar," tutur kyai Nahdlatul Ulama itu.
Ia menambahkan bahwa bagi orang yang meyakini Lailatul Qadar turun pada tanggal di atas 20 Ramadhan, semestinya tidak menafikan persiapan dilakukan sejak 1 Ramadhan.
Lailatul Qadar sebagai Tamu Agung
Sebelumnya, Quraish Shihab menganalogikan Lailatul Qadar sebagai 'tamu agung' yang datang pada Ramadhan.
"Abi ada beri contoh, ilustrasi, Lailatul Qadar itu tamu agung, ia tak akan berkunjung ke suatu rumah, atau mengunjungi seseorang, kalau dia tidak yakin bahwa orang ini siap menyambutnya dengan baik," ungkap Quraish Shihab.
Meunurut ayahanda Najwa Shihab itu, orang yang ingin dikunjungi Lailatul Qadar hendaknya siap.
“Orang yang dikunjungi Lailatul Qadar adalah orang yang siap untuk dikunjungi. Persiapan itu selama ini terkadang terlambat,” ungkapnya.
Banyak orang yang baru mempersiapkan diri untuk menanti Lailatul Qadar pada malam 27 Ramadhan.
Padahal, menurut Quraish semestinya persiapan itu dilakukan jauh-jauh sebelumnya.
"Jadi ada ungkapan, bulan Rajab itu bulan menanam, bulan Syaban itu bulan menyiram, bulan Ramadhan itu bulan panen," tutur Quraish Shihab.
Ia mengatakan bahwa lebih suka membicarakan Lailatul Qadar saat sebelum tiba Ramadhan.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
Artikel ini telah tayang di TribunStyle.com dengan judul Mencari Lailatul Qadar, Gus Baha: Perlu Persiapan dan Ikhtiar, Bukan Hanya Sekadar Menunggu