Peta Mudik
Mencicipi Dawet Ayu saat Mudik Lewat Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara tak hanya terkenal dengan destinasi wisatanya, Dieng, juga dawetnya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Kabupaten Banjarnegara bukan hanya terkenal dengan destinasi wisatanya yang menawan, semisal Dieng. Daerah ini memiliki kuliner khas yang sudah dikenal masyarakat luas.
Apalagi jika bukan Dawet Ayu Banjarnegara, minuman segar yang mudah dijumpai, bukan hanya di Kabupaten Banjarnegara.
Tapi lebih afdol anda mencicipi langsung minuman khas itu di daerah asalnya, Banjarnegara ketika berkunjung kesana.
Tidak sulit menemukan lapak Dawet Ayu di d

aerah ini. Di sepanjang jalan, terutama di jalan nasional ruas Wonosobo-Banyumas, banyak penjaja Dawet Ayu Banjarnegara.
Di antara sentra penjaja Dawet Ayu berada di pinggir jalan raya nasional, Kelurahan Semampir Banjarnegara, serta depan PT Indonesia Power, Bawang Banjarnegara.
Di situ pengendara bisa menepi sejenak untuk menghilangkan penat dan mengusir dahaga.
Satu tegukan minuman tradisional itu langsung terasa menyegarkan.
Meski berada di pinggir jalan, hawa di warung terasa sejuk karena berada di bawah pepohonan rindang.
Pengunjung pun tak perlu khawatir kantongnya terkuras. Rata-rata Dawet Ayu di tempat ini hanya dijual seharga Rp 5.000 per gelas.
Karya mengatakan, keluarganya biasa membuat Dawet Ayu untuk dijual.
Menurut dia, Dawet Ayu memiliki kekhasan rasa tersendiri di banding minuman tradisional di tempat lain.
Rasa Dawet Ayu yang enak, kata dia, tergantung dari proses pembuatannya.
"Tergantung juga dari cara buatnya, campuran bahannya, " katanya, Selasa (20/4/2022)
Dawet Ayu dibuat dengan campuran tepung beras, sagu aren dan air pandan. Bahan-bahan itu dimasak dan diaduk sampai mengeluarkan aroma wangi khas Pandan.
Setelah masak, adonan itu kemudian dicetak sehingga membentuk dawet dengan warna hijau pandan.
Untuk santannya, diparut dari kelapa yang tidak terlalu tua, namun tidak juga terlalu muda. Pemanisnya menggunakan gula Jawa murni yang dicairkan.
"Gulanya harus yang gula Jawa atau Aren murni. Kalau gak murni, gak jadi rasanya, " katanya. (*)