Berita Kudus
Lebaran Jadi Kesempatan Produsen Kue Kering Musiman di Kudus Raup Untung Lebih
Produsen kue kering musiman di Kudus seperti mendapat durian runtuh saat jelang lebaran.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Produsen kue kering musiman di Kudus seperti mendapat durian runtuh saat jelang lebaran.
Meski hanya memproduksi kue hanya saat jelang lebaran, tapi hasilnya bisa dinikmati sampai setahun lamanya.
Produsen nastar musiman di Kudus itu bernama Arif Nur Habibi. Lelaki berusia 31 tahun ini rutin setiap tiga minggu sebelum Ramadan sudah mulai produksi kue nastar sampai 4 hari sebelum lebaran. Selain nastar, dia juga memproduksi kue kastengel.
Praktik produksi musiman kue kering ini sudah dilakoni oleh Arif Nur sejak 12 tahun lalu. Untuk memproduksi kue, dia dibantu oleh 20 orang pekerja.
Sebagian besar dari pekerjanya adalah kaum hawa. Tidak lain para pekerjanya itu orang yang setiap hari hidup di sekeliling Arif.
“Saya mempekerjakan para tetangga saya. Mereka itu setiap tahun sudah tahu saat saya mulai produksi kue,” kata Arif Nur saat ditemui di kediamannya di Perumahan Almaya di Kelurahan Purwosari Kudus, Kamis (22/4/2022).
Ketika musim produksi kue, sejak pukul 07.00 pagi kediaman Arif Nur sudah mulai dipenuhi aktivitas para kaum hawa pekerjanya.
Masing-masing sibuk dengan tugasnya. Ada yang mulai membuat adonan. Ada juga yang mencetak adonan dalam bermacam bentuk nastar maupun kastengel.
Ada juga yang bertugas mengemas kue-kue yang telah selesai dioven. Aktivitas itu baru akan selesai pada pukul 14.30 WIB.
“Jadi sebelum Asar sudah harus selesai, karena pekerjanya para ibu ini juga harus menyiapkan buka puasa di rumah,” kata dia.
Dalam sehari, Arif mengatakan, produksi kuenya bisa sampai 40 sampai 50 lusin toples.
Per toples Arif biasa menjualnya dengan harga Rp 13.500 kepada mereka yang membeli dalam jumlah di atas 10 lusin toples. Sedangkan yang membeli di bawah 10 lusin ditarif Rp 14 ribu per toples.
Selama ini kue kering produksinya selalu habis diburu pembeli. Sebagian besar para pembelinya adalah para agen kue dari kabupaten tetangga.
Para agen itu biasanya dari Pati, Jepara, Demak, Semarang, maupun Purwodadi.
“Saya juga memasarkan produk kue saya lewat online. Jadi offline jalan, online juga jalan,” kata dia.
Biasanya kue-kue yang dikirim ke para agen tidak dikasih merk. Dari situ para agen dengan sendirinya memberikan merk sesuai dengan yang mereka inginkan. “Bisa dikatakan saya yang produksi, mereka yang menjualkan. Semacam kemitraan.”
Bagi para mitranya Arif Nur yang berhasil menjualkan kue sebanyak 100 lusin lebih juga akan diberi bonus. Bonusnya yakni sebesar Rp 1 juta.
“Selain itu kami juga menawarkan kualitas. Kue yang saya buat ini tidak ada pengawetnya dan menggunakan gula asli,” kata dia.
Pada musim 2022 ini permintaan kue kering kepadanya mengalami lonjakan sebanyak 40 persen dibanding tahun sebelumnya.
Tingginya lonjakan permintaan tidak berimbas pada keuntungan. Bahkan Arif mengatakan, kalau dihitung-hitung bahkan lebih untung tahun lalu.
Hal itu disebabkan melonjaknya sejumlah kebutuhan yang menjadi bahan baku kue. Misalnya saja untuk margarin saat ini sudah mencapai Rp 380 ribu per karton. Padahal tahun sebelumnya Rp 255 ribu. Kemudian tepung terigu pada tahun lalu Rp 7.500 kini jadi Rp 10.500.
Di balik lika-likunya, bisa dikatakan Arif telah sukses sebagai pengusaha kue kering musiman.
Dia bahkan sampai mengatakan, pendapatan dari produksi kue kering saat musim lebaran bisa digunakan untuk hidup setahun.
Meski begitu saat dia tidak produksi kue, dia disibukkan dengan jualan grosir makanan ringan pabrikan.
Sebelum dia fokus dalam bisnis grosir makanan ringan pabrikan dan kue kering musim lebaran, dia merupakan seorang guru honorer.
Berprofesi sebagai guru honorer tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Keputusan pahit pun dia ambil.
Setelah 4 tahun menjadi guru honorer, akhirnya dia memilih keluar dan fokus menjalani bisnis grosir dan kue kering. Melalui jalan ini dia terbukti sukses, bahkan dia bisa membantu perekonomian tetangganya dengan mempekerjakannya.
"Para pekerja itu mendapar upah kalau membuat kue per adonan Rp 14,5 ribu. Sehari mereka bisa membuat sampai 7 adonan," kata dia. (*)