Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jasa Tukar Uang Baru Sudah Berjaga di Sepanjang Jalan Pahlawan Kota Semarang, Modal Minimal 3,8 Juta

Lebaran menjadi momen yang dinanti sejumlah anak-anak dan menjadi momen kegembiraan.

Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Amanda Rizqyana
Jasa penukaran uang baru jelang Hari Raya Idulfitri menjadi pemandangan wajib setiap Bulan Ramadan sepanjang Jalan Pahlawan Kota Semarang pada Minggu (24/4/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lebaran atau Idulfitri menjadi momen yang dinanti sejumlah anak-anak dan menjadi momen kegembiraan baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Selain mengenakan pakaian terbaik, beragam makanan khas di hari raya, Salat Ied atau Salat Idulfitri bersama keluarga, sungkeman, ada pula tradisi membagikan uang untuk sanak keluarga.

Yang biasanya berhak atas pembagian uang ialah yang belum menikah maupun belum bekerja, dan yang wajib memberi ialah yang sudah menikah maupun sudah bekerja.

Entah siapa yang memulai, namun tradisi ini melekat kuat dan membuat sejumlah orang menyisihkan sebagian tabungannya untuk ditukarkan dengan uang baru.

Uang baru tersebut nantinya dibagikan pada keluarga yang memenuhi kriteria mendapatkan uang lebaran tersebut.

Tentu saja, kebutuhan untuk uang baru semakin besar saat Idulfitri dibanding hari biasa.

Tuntutan ini membuat sejumlah orang melihat peluang membuka jasa penukaran uang baru dan menggelar lapak di pinggir jalan.

Jasa penukaran uang baru jelang Hari Raya Idulfitri menjadi pemandangan wajib setiap Bulan Ramadhan.

Berbeda dengan penukaran uang baru di bank yang mewajibkan menyiapkan dana minimal 100 lembar uang dikali nominal yang akan ditukarkan, di jasa tukar uang pinggir jalan bisa melakukan penukaran mulai dari 10 lembar.

Sulastri, penawar jasa tukar uang baru mengatakan, jasa tukar uang per 20 lembar uang, ia banderol mulai Rp 5 ribu.

"Kalau tukarnya semakin banyak, harga jasa bisa dinego jadi lebih murah," ujar Sulastri pada Tribun Jateng, Minggu (24/4/2022).

Menurutnya harga jasa tersebut tergolong murah karena tak perlu menghabiskan waktu seharian mengantre seharian di bank.

Ia mengaku mengantre sejak pukul 8.00 dan baru bisa dilayani sekitar pukul 11.00.

"Setiap pagi di bank pasti ramai orang hendak menukarkan uang," ungkapnya.

Sulastri menambahkan, selain memudahkan bagi warga yang ingin mendapatkan uang baru tanpa mengantre, menukarkan jasa padanya juga lebih hemat.

Regulasi baru di sejumlah bank mengharuskan penukaran di angka Rp 3,8 juta untuk mendapatkan uang baru.

Masyarakat akan mendapatkan uang pecahan nominal Rp 1 ribu, Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan Rp 20 ribu.

"Misal mau tukar Rp 5 ribuan 2 pak, nggak bisa. Maksimal cuma 1 pak masing-masing nominal. Apalagi kalau sekali tukar uang harus keluar modal Rp 3,8 juta, banyak sekali itu," terangnya.

Sulastri mengaku antusias menjajakan jasanya di Ramadan kali ini karena kebijakan dari pemerintah terkait virus corona telah melunak.

Ia juga melihat aktivitas warga sudah berangsur pulih seperti sebelumnya meskipun semua orang sekarang mengenakan masker ketika beraktivitas.

Dibanding dua tahun lalu yang nyaris sepi hingga jelang Idulfitri, tahun ini Sulastri sudah menjajakan jasanya sejak pekan lalu.

"Sudah mulai jualan sejak minggu kemarin dan yang jualan belum seramai sekarang," tambahnya.
Ia mengaku sudah menawarkan jasa tukar uang sejak tahun 2005 dan setiap tahunnya selalu menawarkan di sepanjang Jalan Pahlawan Kota Semarang.

Nominal yang paling cepat habis ialah Rp 5 ribu dan Rp 10 ribu, sementara nominal lainnya tidak terlalu cepat habis dibanding nominal tersebut.

Ia sudah mengemas pecahan uang tersebut dalam kantong plastik per 20 lembar agar mudah ketika bertransaksi.

Sementara itu, Rian, pengguna jasa Sulastri mengaku pilihannya menukarkan uang karena kebetulan lewat dan supaya jatah untuk keponakan tidak terpakai untuk hal lain.

"Soalnya sering lupa tukar uang sampai sebelum pulang, jadi daripada kelupaan dan uangnya kepake, saya tuker dulu," tuturnya.

Rian sendiri mengaku memberikan uang pada keponakan dan anak tetangga di kampung halamannya di Purwodadi mulai Rp 2 ribu-Rp 20 ribu.

Dana yang ia siapkan untuk dibagikan pada tetangga dan keponakan sebesar Rp 500 ribu, namun ia menukarkan Rp 1 juta untuk berjaga-jaga bila nanti keluarganya membutuhkan untuk tukar uang baru.

Alasannya memberikan rentang nominal berbeda mempertimbangkan usia dan kemampuan ekonomi keluarga maupun kebutuhan si anak atas uang.

"Saya nggak kasih banyak-banyak kalau mereka dari keluarga yang mampu dan umurnya masih kecil," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved