Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2022

TADARUS Taslim Syahlan : Ramadan Momentum Penguatan Komitmen Kebangsaan

RAMADAN merupakan bulan suci yang oleh umat Islam kehadiranya selalu dinanti. Dalamdurasi sebulan penuh umat Islam berproses

Istimewa
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng, Taslim Sahlan 

Oleh Taslim Syahlan

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Jateng

RAMADAN merupakan bulan suci yang oleh umat Islam kehadiranya selalu dinanti. Dalamdurasi sebulan penuh umat Islam berproses dalam “merevolusi mental” dengan cara berpuasa.

Yakni, menahan diri dari lapar dan dahaga serta hal-hal yang membatalkanya. Output yang diharapkan paska ritual puasa ialah tercapainya derajad taqwa di hadapan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS : 2 /183).

Ritual shiyam sebulan penuh bermakna sebagai sarana untuk menguatkan derajat ketakwaan di hadapan Allah SWT. Setidaknya takwa kepada Allah dapat dipahami dalam dua dimensi. Yakni dimensi vertikal (hablum ninallah) dan dimensi horisontal (hablum minannas).

Dalam dimensi vertikal, setiap individu berpeluang dalam mencapai prestasi kepatuhan yang maksimal kepada Allah SWT.

Karena sesungguhnya berpuasa merupakan pelatihan menahan diri dari nafsu makan, minum dan hal lain yang membatalkanya. Ibadah yang wajib selalu diperkaya dengan ibadah-ibadah sunnah seperti shalat tarawih, tadarus al-qur’an, qiyamullail dsb.

Sederet kuantitas dan kualitas ibadah itulah yang kemudian mengantarkan pribadi-pribadi umat Islam mencapai derajat manusia yang “ghufira lahu ma taqaddama min – dzanbih”. 

Yakni manusia yang terampuni dosa-dosanya. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad saw :“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dalam dimensi horisontal, ibadah puasa setidaknya mengajarkan bagaimana seharusnya manusia bisa menahan diri (al–imsak) dan membangun kesadaran sosial-kemanusiaan serta menguatkan persaudaraan sejati dengan sesama manusia.

Sesungguhnya inilah modal sosial yang setrategis guna membangun peradaban manusia yang mengedepankan keadilan, kebersamaan dan senantiasa “gotong royong” dalam kehidupan ke-agamaan dan kebangsaan.

Ibadah puasa juga bermakna sebagai ikhtiar meneguhkan komitmen kepatuhan kepada Allah SWT.

Pada saat yang sama juga menguatkan konsistensi dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial sebagai kapital setrategis dalam mewujudkan ketertiban hidup bersama dengan sesama umat manusia tanpa terkecuali.

Kostruksi kehidupan sosial yang tertib, saling menghormati, toleran, menebar kedamaian, tidak mengumbar cacian dan kebencian dan mengedepankan kedewasaan beragama sejatinya adalah wujud peradaban inklusif yang harus terus dibangun dan diperkokoh di atas fondasi Ramadan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved