Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

TADARUS

TADARUS Prof DR Masrukhi : Puisi Akhir Ramadan

“Aku lihat ramadhan dari kejauhan, lalu kusapa ia, "hendak ke mana..?". Dengan lembut ia berkata, "aku harus pergi, mungkin jauh dan sangat lama.

tribunjateng/ist
Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd | Rektor Univ. Muhammadiyah Semarang 

Oleh Allah kita diperintahkan untuk menggenapkan bilangan puasa sebulan penuh lamanya, tanpa ada satu pun yang tertinggal, untuk kemudian bertakbir kepada Allah, mengagungkan namanya.

Oleh karena itulah, ketika matahari Ramadan tenggelan di hari terakhir, disunnahkan untuk melafadzkan takbiran, sebagai ekspresi syukur setelah berpuasa sebulan lamanya dengan mengumandangkan “Allahu Akbar, Laa ilaaha Illallah Allahu Akbar, Walillahil khamdu”.

Mengumandangkan takbir di malam Iedul Fitri ini disunnahkan, sejak matahari terbenam di hari terakhir bulan Ramadan semalam suntuk sampai salat Ied Fitri akan segera dimulai.

Saat itu seluruh angkasa kehidupan ini terisi dengan gemuruh kumandang takbir, tahlil, dan tahmid, dari seluruh penjuru, dari pelosok pedesaan sampai di keramaian perkotaan.

Di malam takbiran itulah banyak di antara kita yang melafalkannya sambil meneteskan air mata, teringat akan kebesaran Allah, teringat akan orang tua, teringat akan keluarga handai tolan, dan sahabat terbaiknya.

Bertakbir

Takbir berarti membesarkan Allah, dan pada saat yang sama mengecilkan diri kita, mengecilkan ego kita, kepentingan kita, dan urusan kita.

Orang yang tidak mau bertakbir kepada Allah berarti dia menyandang predikat sebagai takabbur, yang berarti sombong.

Menurut Imam Ja’far, kemahabesaran Allah tidak bisa diukur dengan suatu hal apapun. Merasakan kebesaran Allah adalah dengan cara meresapinya lewat akhlak dan akidah kita.

Jika kita meresapi hal itu, kalimat takbir yang sering kita ucapkan akan secara langsung membuat diri kita merasa kecil dan tiada daya di hadapan Allah Tuhan semesta alam.

Membesarkan Allah berarti menjunjung tinggi syariat Allah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kita memahami bersama akan komprehensivitas syariat Allah seperti yang tertuang dalam Alquran dan sunnah rosulullah saw, sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.

Secara sederhana dapat diklasifikasikan ada ibadah ritual ada ibadah sosial. Ibadah ritual adalah ibadah makhdhoh, yang berhubungan dengan Allah swt.

Kita melaksanakan salat, puasa, dzikir, berwudlu, mandi janabat, mengurus jenazah, haji, merupakan ibadah makhdhoh yang kita hanya secara tunduk melaksanakannya sebagai perintah Allah semata.

Dalam kitabnya Ibnu Taimiyyah menjelaskan pengertian ibadah mahdhah, adalah segala yang diperintahkan oleh pembuat syari’at (yaitu: Allah Subhanahu wa ta’ala), baik berupa perbuatan atau perkataan hamba yang dikhususkan kepada keagungan dan kebesaran Allah Azza wa Jalla.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved