Berita Nasional
Hepatitis Misterius Belum Tentu Jadi Pandemi Baru, DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat
Namun situasi ini menurut Dicky bisa saja menyebabkan epidemi. Oleh karena itu harus cepat dicari tahu apa yang menjadi penyebabnya.
TRIBUNJATENG.COM,JAKARTA - Kasus Hepatitis misterius yang belakangan marak tidak bisa terburu-buru disimpulkan penyebabnya.
Untuk mengambil kesimpulan apa yang menjadi penyebab dan mekanisme penyebaran, membutuhkan data yang memadai.
Hal itu disampaikan pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Karena itu menurut dia terlalu cepat apabila dikatakan hepatitis misterius ini bakal bisa menjadi pandemi.
"Bahwa adanya kasus seperti ini, apakah bisa menjadi pandemi baru, rasanya menurut saya, melihat data yang ada, tren yang ada masih jauh akan menyebabkan pandemi," ujar Dicky, Senin(9/5).
Namun situasi ini menurut Dicky bisa saja menyebabkan epidemi. Oleh karena itu harus cepat dicari tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Sekali lagi yang paling penting sekali adalah merespon dengan upaya pencegahan. Pencegahan ini bisa dimulai dan selalu disampaikan pada publik.
"Personal higiene, sanitasi, kebersihan makanan dan minuman, maupun bagaimana menjaga 5M, kedisiplinan yang harus kita lakukan. Selain itu gencarkan pada publik literasi pencegahan ini," pungkasnya.
Di sisi lain,Partai NasDem mengingatkan pemerintah untuk bertindak cepat dalam merespons persoalan hepatitis akut yang masih misterius penyebabnya hingga saat ini.
Tentunya, respons cepat ini untuk memberi ketenangan kepada masyarakat dan menjadi tindakan preventif atas keberadaan penyakit ini.
Ketua DPP Bidang Kesehatan Partai NasDem Okky Asokawati mengatakan sebaiknya pemerintah segera bergerak cepat untuk merespons persoalan penyakit hepatitis akut yang terjadi di Indonesia.
"Salah satu respons cepat itu, komunikasi publik pemerintah dalam menanggapi Hepatitis akut ini harus satu narasi yang solid, sistemik dan terukur, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah," kata Okky.
Selain persoalan komunikasi, Okky menyebutkan, sembari menunggu perkembangan terkini mengenai Hepatitis akut di Indonesia, langkah edukasi yang sifatnya preventif dapat ditingkatkan dengan menggandeng berbagai stakeholder di masyarakat.
"Pemerintah harus segera melakukan konsolidasi dengan melibatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam serta unit pendidikan dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SLTA dengan melibatkan Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatkan aspek pencegahan," kata okky.
Di bagian lain, anggota Komisi Kesehatan DPR RI dua periode ini menyebutkan pemerintah dapat belajar dalam penanganan Covid-19 pada tahun 2020 lalu, agar lebih mengedepankan aspek preventif dalam merespons keberadaan Hepatitis Akut.
Kasus Hepatitis
Beredar kabar terkait meninggalnya anak perempuan di Tulungagung, Jawa Timur pada Sabtu (7/5). Anak perempuan ini diduga mengalami Hepatitis misterius, yang sampai saat ini masih belum diketahui penyebab dan bersumber dari mana.
Sementara itu, seorang bayi berumur dua bulan asal Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dilaporkan meninggal dunia diduga karena penyakit hepatitis misterius.
Bayi tersebut sempat dirujuk dari puskesmas di Solok, RSUD sebelum dirawat di RS Hermina Padang, dan akhirnya meninggal dunia pada 2 Mei 2022.
"Gejalanya mirip dengan hepatitis misterius itu. Dia seperti hepatitis A. Tapi ternyata tidak cocok pemeriksaan laboratoriumnya dengan hepatitis A sehingga kita menyebutnya sebagai hepatitis unknown etiology,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Lila Yanwar kepada wartawan di Gubernuran Sumbar, Senin (9/5).
Lila mengatakan, kasus tersebut masih suspek karena membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, tetapi pasien ternyata sudah meninggal dunia sebelum dilakukan pemeriksaan.
"Ini kasus suspek, ya. Baru diduga. Ada pemeriksaan lain yang harus dilakukan, tapi anaknya keburu meninggal. Dan pemeriksaan itu baru kita dapat dari Ikatan Dokter Anak Indonesia baru beberapa hari lalu,” kata Lila.
Meskipun demikian, kata Lila, pihaknya telah melakukan penelusuran status kesehatan anak tersebut mulai dari riwayat perjalanan, kondisi rumah, dan sebagainya.
"Data tersebut sudah diperoleh Dinkes Sumbar," kata Lila
Menurut Lila, gejala hepatitis misterius yang dialami bayi tersebut yaitu penyakit kuning, demam, gangguan pencernaan, diare, dan berakhir dengan pendarahan saluran cerna, lalu banyak gangguan hati yang terjadi dalam waktu yang cepat.
Sebagai langkah antisipasi, menurut Lila, pihaknya sudah memberikan imbauan kepada dinas kesehatan kabupaten dan kota serta rumah sakit agar segera melaporkan jika ditemukan kasus serupa. (Tribun Network/ais/fit/kps/wly/TribunJatengCetak)