Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Piring Terbang Saat Acara Pernikahan di Solo, Para Tamu Duduk Manis Bak Raja

Di acara pernikahan berkonsep piring terbang, tamu cukup duduk manis di kursi yang telah disediakan

Editor: muslimah
TribunSolo.com/dok Pandu Pravasthara Putra
Mengenal tradisi piring terbang di pesta pernikahan. Foto: Momen para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo, atau yang lebih dikenal dengan istilah 'piring terbang'. 

Pesisir disini bukan pelabuhan atau pantai, namun lebih kepada artian di luar nagari (pusat kota alias pedesaan). 

"Memang di ibukota nagari sendiri tidak berkembang. Jadi malah berkembang di daerah desa seperti Wonosari, Klaten, Wonogiri," katanya. 

Nuky mengatakan tradisi piring terbang menggunakan urutan dalam penyajian hidangannya. 

Ada timing atau ritme waktu yang sudah ditentukan untuk keluarnya hidangan.

Sehingga hidangan tak langsung menumpuk dan disajikan semua kepada tamu. 

Istilah yang digunakan adalah USDEK.

Dalam tiap huruf pada USDEK, memiliki penjelasan tersendiri. 

Piring terbang dibuka dengan U yang merupakan kepanjangan dari Unjukan alias minuman. 

Berlanjut ke S yang merupakan kepanjangan dari Sop atau Sup.

Biasanya sup yang disajikan cukup khas dengan isi meliputi rolade, wortel, buncis, hingga jamur kuping dengan kuah kaldu ayam. 

Setelahnya dilanjutkan dengan D alias Dhaharan yang merupakan sajian utama.

Tamu biasanya akan mendapat hidangan nasi beserta lauk pauk yang lengkap. 

Kemudian diikuti dengan E yang merupakan kepanjangan dari Es.

Dalam pesta pernikahan kurang lengkap jika sajian hidangan penutup es krim tak ada. 

Terakhir adalah K alias Kondur yang dalam bahasa Indonesia berarti pulang.

Sumber: Tribun Solo
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved