Tempat Persembunyian Warga Pun Digempur, Perang Rusia-Ukraina Tewaskan Puluhan Ribu Warga Sipil
Pasukan Kremlin terus menggempur berbagai kota, termasuk tempat-tempat persembunyaian warga, hingga titik-titik tempur Ukraina.
TRIBUNJATENG.COM, KYIV - Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-95 pada Minggu (29/5), sejak Moskow melancarkan invasi pada 24 Februari lalu.
Pada Rabu (25/5), seorang pejabat kota Mariupol memperkirakan setidaknya 22.000 warga sipil telah tewas dalam 3 bulan invasi Rusia.
Krisis kemanusiaan yang bergulir tak menyurutkan serangan Rusia ke Ukraina. Pasukan Kremlin terus menggempur berbagai kota, termasuk tempat-tempat persembunyaian warga, hingga titik-titik tempur Ukraina.
Berdasarkan laporan Reuters pada Kamis (26/5), kota Popasna telah berubah menjadi puing-puing. Jasad manusia dibalut serangam tempur telihat tergeletak di halaman.
Kementerian Pertahanan Rusia mengunggah klip video yang menunjukkan tim senjata artileri berat Malka menghancurkan situs militer Ukraina di hutan. Dilansir Tass, video menunjukkan tim artileri Malka menembaki posisi pasukan Ukraina.
"Selama operasi militer khusus, tim sistem artileri self-propelled Malka mengirimkan serangan tepat pada target yang ditentukan dari jarak jauh. Tembakan oleh senjata artileri self-propelled Malka menyapu bersih posisi pasukan Ukraina yang bercokol di hutan," ungkap Kementerian dalam sebuah pernyataan.
Tim Malka melakukan tembakan dengan peluru fragmentasi eksplosif tinggi dari posisi penembakan terlindung pada jarak hingga 40 kolometer, yang ditentukan.
“Kendaraan udara tak berawak Orlan-10 mengintai target dan memberikan panduan untuk senjata artileri siang dan malam,” jelas kementerian itu.
Senapan artileri self-propelled Malka dirancang untuk menyerang target dan fasilitas penting musuh dalam kedalaman pertahanan taktis di luar garis depan.
Meriam berat ini memiliki kecepatan tembakan 2,5 peluru per menit, dan dapat memusnahkan target pada jarak sekitar 50 kilometer.
Adapun, Rusia mulai mengepung wilayah Sievierodonetsk. Pasukan Ukraina pun mungkin harus mundur dari pos terakhirnya di wilayah Luhansk.
Hal ini dilakukan demi menghindari penangkapan oleh militer Rusia. Skenario ini muncul di saat pasukan Rusia mengalami kemajuan di wilayah Ukraina timur.
Dilansir Reuters, penarikan pasukan Ukraina akan membuka jalan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin merebut wilayah Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur secara penuh.
Diketahui, Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur adalah dua daerah yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas.