Berita Solo
Kisah Calhaj dari Pati, Seminggu Sebelum Berangkat Pintu Rumah 'Tak Bisa Ditutup', Warga Berdatangan
Mengantarkan jemaah calon haji (Calhaj) ke Asrama Haji Donohudan (AHD), sudah menjadi tradisi kebiasaan masyarakat di pesisir Pantai Utara (Pantura)
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Mengantarkan jemaah calon haji (Calhaj) ke Asrama Haji Donohudan (AHD), sudah menjadi tradisi kebiasaan masyarakat di pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa.
Maka jangan heran ketika di sekitaran AHD saat ini, ada ribuan masyarakat yang merupakan rombongan pengantar keluarganya yang berhaji.
Padahal, sanak saudara serta warga di desa sudah banyak yang datang sepekan sebelum keberangkatan.
Baca juga: Tak Punya M-Banking? Sekarang Bisa Top Up ShopeePay Lewat DANA dan OVO, Begini Caranya
Baca juga: Resep Pempek Tanpa Ikan, Ide Camilan untuk Keluarga di Hari Libur
Kedatangan warga ini untuk mendoakan Calhaj agar diberikan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan haji dengan maksimal.
Subagi, Calhaj asal Desa Triguno, Kecamatan Pucak Wangi, Kabupaten Pati mengatakan mengantar Calhaj untuk beribadah haji sudah menjadi tradisi di Kabupaten Pati.
Bahkan, satu minggu sebelum keberangkatan biasanya para saudara, kerabat dan tetangga sudah berkunjung.
Ibaratnya pintu rumah para Calhaj 'tak bisa ditutup'.
“Hampir semua kami calon-calon haji itu khususnya di wilayah Pati, itu minimal satu minggu sebelumnya nonstop dari beberapa desa bahkan di luar desa itu berkunjung," kata Subagi.
"Mendoakan calon haji agar keberangkatannya diberi keselamatan, kemudian sampai ke tujuan diberi kesehatan untuk bisa melaksanakan baik itu rukunnya, wajibnya, sunahnya haji,” imbuhnya.
Dia mengaku tradisi ini juga untuk ngalap berkah.
Dengan mengantar orang pergi haji, mereka berharap dan meyakini nantinya bisa ketularan naik haji.
“Ngalap berkahnya istilahnya untuk bisa naik haji. Keberkahan itulah yang mereka yakini bahwa dengan itu mereka besok InsyaAllah juga bisa diberi kesempatan untuk datang ke Tanah Suci,” ucap Subagi.
Bahkan, untuk mengantar orang naik haji masyarakat rela merogoh koceknya sendiri.
Tak hanya itu, mereka juga meluangkan waktu dan meninggalkan pekerjaannya sehari-hari.
“Sebenarnya saat ini baru musim panen, tapi beliau meninggalkan pekerjaannya untuk datang ke Solo, ingin melihat saudara, tetangganya yang sudah pergi dari rumah, meninggalkan rumah untuk bisa sampai ke tanah suci. Terutama ini titik paling awal di asrama haji,” tandasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Cerita Subagi, Calhaj dari Pati: Pintu Rumah 'Tak Bisa Ditutup', Banyak Warga Datang Ngalap Berkah