Berita Semarang
Cerita Rois, Pendiri Panti Asuhan Rawat Puluhan Bayi Hasil Hubungan Gelap di Semarang
SUARA tangis dan tawa canda anak-anak bersahutan menyeruak di Panti Asuhan Manarul Mabrur. Panti asuhan itu berada di Jalan Shirothol Mustaqim, Pudakp
Penulis: budi susanto | Editor: m nur huda
Perjuangan Rois merawat anak-anak yang terlahir dari wanita di luar nikah tidaklah ringan. Selain panen cibiran juga butuh kesabaran dan kasih sayang tulus. Bukankah bayi tak pernah minta dilahirkan dari rahim wanita tanpa suami sah?
TRIBUNJATENG.COM - SUARA tangis dan tawa canda anak-anak bersahutan menyeruak di Panti Asuhan Manarul Mabrur. Panti asuhan itu berada di Jalan Shirothol Mustaqim, Pudakpayung, Banyumanik, Kota Semarang.
Di saat anak-anak asyik bermain, ada seorang lelaki paruh baya tampak termenung. Ia duduk di bawah pohon di kompleks panti sembari mengawasi anak-anak. Lelaki itu adalah Rois (56), pendiri Panti Asuhan Manarul Mabrur.
Di panti tersebut Rois merawat 31 bayi, 49 anak-anak, dan 47 wanita hamil yang menunggu kelahiran. Bayi dan anak-anak di panti tersebut mayoritas merupakan anak yang ditinggal ayah dan ibunya.
Beberapa waktu lalu, Rois dibantu oleh sang istri Umi Triana Zulaikha, untuk mengurus anak-anak tersebut. Kini Rois sendiri. Karena sang istri telah dipanggil Sang Pencipta dua pekan lalu.
Meski demikian, Rois tetap tegar. Bahkan pesan almarhumah istrinya tetap ia jalankan.
Berbuat baik kepada siapapun, serta memberi kesempatan anak-anak tanpa orang tua agar tetap mendapatkan hak hidup, menjadi pesan dari almarhumah istri Rois.
"Ya memang seperti itu, ibarat kata, panti asuhan ini miniaturnya nusantara. Yang menurut guru SD saya dulu, nusantara itu orangnya baik, saling menyayangi, membantu, dan menghormati, meski saling tak mengenali, beda ayah dan ibu," paparnya, Kamis (9/6/2022).
Sejak 2012
Panti Asuhan Manarul Mabrur telah didirikan Rois tahun 2012 silam. Panti itu memang sengaja menampung anak-anak yang terlahir di luar pernikahan. Anak-anak itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Rois mengaku, tak pernah bisa menolak jika ada yang datang dan menitipkan anaknya. Bukan hanya bayi atau balita yang dititipkan di panti ini, bahkan wanita yang sedang hamil juga berdatangan. Maksudnya, mereka wanita yang hamil di luar nikah. Mereka minta bantuan supaya ditampung untuk sementara waktu.
Menurut Rois, wanita-wanita hamil yang datang ke panti ini, mayoritas adalah wanita yang takut jika keluarga mengetahui anaknya hamil di luar nikah.
"Yang ke sini juga minta bantuan untuk bersalin di rumah sakit. Ya tetap kami bantu. Meski setelah itu mereka pergi dan meninggalkan anaknya di sini," terang Rois dengan ramah.
Rois mengaku, untuk urusan dokumen, anak-anak tersebut dimasukkan ke Kartu Keluarga (KK) dirinya.
"Sampai sekarang ada hampir 80 anak yang masuk KK saya. Ya mereka saya rawat," jelasnya.
Dicibir Warga
Walaupun tindakan Rois mulia dan membantu bayi serta balita, namun tak jarang ia dicibir oleh orang lain. Bahkan Rois dianggap mendukung tindak maksiat.
"Biarkan saja, semua orang pernah mengalami kesalahan. Tapi anak-anak ini tidak pernah minta dilahirkan dari rahim wanita tanpa suami sah. Anak-anak ini tidak bersalah. Jadi seharusnya mereka mendapat hak hidupnya," terang Rois.
Menyoal biaya, Rois mengaku terus mengusahakan lewat berbagai cara untuk merawat puluhan anak-anak tersebut.
"Tapi saya tidak pernah mengemis, dan tidak membuat proposal. Alhamdulillah ada saja yang membantu. Bahkan anak-anak yang saya rawat dan sudah dewasa kini ikut membuntu di sini," imbuhnya.
Ditambahkannya, ia bahagia kala melihat anak-anak yang ia rawat bisa mandiri.
"Beberapa sudah bekerja, bahkan ada yang kuliah," tuturnya.
Apakah ada orang yang ingin mengadopsi? Banyak.
"Beberapa anak di sini tidak boleh diadopsi karena wanita yang melahirkan melarangnya. Mereka juga bilang mau mengambil lagi anak tersebut. Jadi saya rawat semampu saya entah sampai kapan ibu mereka datang kembali," kata Rois sambil melihat anak-anak yang sedang bermain. (Budi Susanto/TRIBUN JATENG CETAK)