Berita Internasional
Rusia Hancurkan Jembatan Penghubung, Severodonetsk Jadi Medan Perang Mengerikan
Ketiga jembatan ke kota Donbas timur yang diperangi itu telah hancur. Hancurnya jembatan ke kota garis depan timur itu berarti warga sipil tidak bisa
TRIBUNJATENG.COM, SEVERODONETSK - Pasukan Rusia terus melancarkan serangan di jantung Ukraina memasuki bulan ke-4 perang sejak 24 Februari lalu.
Terbaru, ribuan warga sipil di Kota Severodonetsk terancam terperangkap setelah tentara Rusia menghancurkan jembatan terakhir yang menghubungkan kota itu dengan kota-kota yang masih dikuasai Ukraina.
Ketiga jembatan ke kota Donbas timur yang diperangi itu telah hancur. Hancurnya jembatan ke kota garis depan timur itu berarti warga sipil tidak bisa lagi dievakuasi.
Hal itu memicu kekhawatiran peristiwa seperti di Mariupol bakal kembali terjadi di Severodonetsk. Bahkan, artileri Rusia juga menggempur pabrik kimia Azot, yang menjadi tempat di mana ratusan warga sipil berlindung.
Damien Magrou, juru bicara Legiun Internasional untuk Pertahanan Ukraina yang memiliki pasukan di Severodonetsk, mengatakan, situasinya berisiko menjadi seperti Mariupol, “dengan kantong besar pembela Ukraina terputus dari sisa pasukan Ukraina”.
Selama jatuhnya Mariupol bulan lalu, ratusan warga sipil dan tentara Ukraina yang terluka parah terperangkap selama berminggu-minggu di pabrik baja Azovstal.
Charles Stratford, dari ibukota Ukraina, Kyiv, melaporkan, situasi di Severodonetsk sangat mengkhawatirkan, dengan sekitar 10.000 warga sipil dilaporkan tetap tinggal, dan 500 warga sipil, termasuk sekitar 40 anak-anak berlindung di pabrik Azot.
“Dan tentu saja itu memiliki implikasi besar secara militer bagi tentara Ukraina juga. Kami memahami bahwa mungkin ada ribuan tentara Ukraina di dalam Severodonetsk,” ujarnya.
“Jika jembatan ketiga dan terakhir itu benar-benar hancur, itu memiliki implikasi bagi mereka untuk mendapatkan pasokan militer ke pasukan Ukraina dan rute pelarian keluar.”
Pasukan Rusia telah memutuskan semua rute untuk mengevakuasi warga dari kota Severodonetsk di Ukraina timur dengan menghancurkan jembatan terakhir yang menghubungkannya dengan kota yang dikuasai Ukraina di sisi lain sungai, kata seorang pejabat Ukraina.
Gubernur Regional Serhiy Haidai mengatakan di media sosial pada hari Senin, bahwa sekitar 70 persen Severodonetsk berada di bawah kendali musuh, ketika serangan Rusia di wilayah Donbas timur bergerak lebih dekat untuk mengamankan kemenangan terobosan.
Ia menggambarkan situasi tentara Ukraina yang bertahan di kota itu sebagai "sulit, tetapi terkendali". Menurut dia, penghancuran jembatan terakhir di seberang sungai ke kota kembar Lysychansk berarti warga sipil yang masih berada di Severodonetsk terjebak, dan tidak mungkin mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Meski demikian, Haidai menyebut, masih ada beberapa akses ke kota itu. Ia juga menyebut Rusia belum mendapatkan kendali penuh atas Severodonetsk. "Sebagian masih di bawah kendali Ukraina," ujarnya.
Paling brutal
Pada Senin malam, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, pertempuran untuk Donbas timur akan dianggap sebagai satu yang paling brutal dalam sejarah Eropa. Wilayah tersebut, yang terdiri dari provinsi Luhansk dan Donetsk, diklaim oleh separatis Rusia.