Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Rusia Hancurkan Jembatan Penghubung, Severodonetsk Jadi Medan Perang Mengerikan

Ketiga jembatan ke kota Donbas timur yang diperangi itu telah hancur. Hancurnya jembatan ke kota garis depan timur itu berarti warga sipil tidak bisa

Editor: m nur huda
Maxar
Jembatan Pavlograd yang rusak di barat Severodonetsk, Ukraina, Sabtu (11/6/2022) dilihat dari citra satelit. 

Ia berujar, seorang anak laki-laki tewas pada hari Senin oleh penembakan Rusia dalam pertempuran untuk Lysychansk.

"Ini dia: seorang bocah lelaki berusia enam tahun di Jalan Moskovska ternyata juga merupakan musuh berbahaya bagi Federasi Rusia. Bagi kami, harga korban manusia dari pertempuran ini sangat tinggi bagi kami. Ini benar-benar sangat menakutkan," ucapnya.

Dikutip The Guardian, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov pekan lalu mengatakan hingga 100 tentaranya tewas setiap hari dan 500 lainnya luka-luka dalam pertempuran sengit melawan pasukan Rusia, dalam pengungkapan publik yang jarang mengenai angka korban.

Zelensky sempat menyatakan, pasukannya kehilangan antara 60-100 tentara setiap hari, sementara perkiraan lainnya lebih tinggi, dengan para ahli memperkirakan kerugian yang tidak berkelanjutan dapat segera membawa konflik ke titik kritis.

Ukraina telah mengeluarkan seruan yang semakin mendesak lebih banyak senjata berat Barat untuk membantu mempertahankan Severodonetsk, yang menurut Kyiv, dapat menjadi kunci pertempuran untuk wilayah Donbas timur dan jalannya perang, yang sekarang memasuki bulan keempat.

"Kami menarik perhatian mitra kami setiap hari pada fakta bahwa hanya sejumlah artileri modern yang cukup untuk Ukraina yang akan memastikan keuntungan kami. Kami hanya membutuhkan senjata yang cukup untuk memastikan semua ini. Mitra kami memilikinya,” ujar Zelensky.

Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, pada Senin, menyebut, Ukraina membutuhkan 1.000 howitzer, 500 tank, dan 1.000 drone, di antara senjata berat lainnya.

Adapun, Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk memulihkan keamanan Rusia dan "mendenazifikasi" tetangganya.

Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi yang telah menewaskan ribuan warga sipil, dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.

Setelah gagal merebut Kyiv sejak invasi 24 Februari, Moskow fokus pada perluasan kendali di Donbas, tempat separatis pro-Rusia telah menguasai wilayah sejak 2014. Rusia juga mencoba merebut lebih banyak pantai Laut Hitam Ukraina.

Tujuan utama Rusia adalah untuk melindungi Donetsk dan Luhansk, kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Senin, setelah pemimpin satu wilayah separatis meminta pasukan tambahan dari Moskow.

Moskow mengeluarkan beberapa laporan terbaru yang mengatakan telah menghancurkan senjata dan peralatan AS dan Eropa.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan rudal-rudal berbasis udara presisi tinggi telah menyerang di dekat stasiun kereta api di Udachne barat laut Donetsk, mengenai peralatan yang telah dikirim ke pasukan Ukraina.

Kementerian dalam negeri Ukraina di Telegram menyatakan, Udachne telah terkena serangan Rusia pada Minggu malam hingga Senin, tanpa menyebutkan apakah senjata telah menjadi sasaran.

Moskow telah mengkritik Amerika Serikat dan negara-negara lain karena mengirim senjata ke Ukraina dan mengancam akan menyerang target baru jika Barat memasok rudal jarak jauh. (Tribunnews/tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved