Guru Berkarya
Meningkatkan Minat Belajar Sejarah melalui WKM
Kurikulum 2013 menempatkan mata pelajaran Sejarah Indonesia menjadi mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh jenjang peserta didik tingkat SMA.
Oleh: Tri Endaryati MPd, Guru SMAN 8 Yogyakarta
KURIKULUM 2013 menempatkan mata pelajaran Sejarah Indonesia menjadi mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh jenjang peserta didik tingkat SMA. Hal ini mengindikasikan bahwa mata pelajaran ini memiliki urgensi khususnya dalam rangka penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui peristiwa dan tokoh yang dipelajari.
Yogyakarta sebagai sebuah kota perjuangan memiliki banyak jejak sejarah baik itu situs maupun museum. Konsep-konsep dalam sejarah pada pembelajaran di kelas membutuhkan alat bantu yang menarik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik dan antusias untuk mempelajarinya.
Pembelajaran sejarah di kelas sebagian besar menarasikan konsep-konsep abstrak . Guru biasanya akan memberikan penjelasan secara lisan atau melalui hand out yang disusun untuk mendukung materi ajar. Gambar atau peta yang mendukung materi juga disampaikan pada materi ajar.
Namun sumber belajar dan proses pembelajaran ini belumlah cukup untuk menjadikan belajar sejarah menarik dan menempatkan sejarah sebagai mata pelajaran favorit. Peserta didik menjadi kurang antusias mengikuti proses pembelajaran dan cenderung bosan belajar.
Wajib Kunjung Museum (WKM) menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan minat belajar sejarah peserta didik. Menurut Alimin 2017:1 Museum merupakan tempat historial yang sangat membantu pendidikan mengenai sejarah sehingga diharapkan mampu memberikan dampak munculnya rasa simpati, empati dan menghargai serta menghormati asal mula ataupun segala kejadian yang ada pada masa lampau.
Benda-benda yang ada pada museum dapat memperjelas pemahaman materi peserta didik. Mereka dapat melihat benda atau dokumen langsung yang berkaitan dengan materi sehingga lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
WKM dengan mengamati benda-benda di museum penulis terapkan pada materi Kelas XII Sejarah Indonesia SMA Negeri 8 Yogyakarta pada Kompetensi Dasar 3.2 peran dan nilai-nilai perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia pada masa 1945–1965. Museum yang dikunjungi yaitu Museum Sri sultan Hamengkubawana IX yang berada di lingkungan Keraton Yogyakarta dan Museum Benteng Vredeburg. F
okus tokoh yang dicermati adalah Sri Sultan Hamengkubuwana IX dalam mempertahankan NKRI. Pada kegiatan pembelajaran dengan WKM dapat dilakukan dengan secara mandiri yang berpedoman pada modul yang sudah penulis buat. Peserta didik akan mengisi Lembar Kerja (LK) ketika proses kunjungan dilaksanakan dengan terlebih dahulu harus mengamati diorama yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Setelah selesai melaksanakan WKM, peserta didik wajib membuat laporan kunjungan dengan template yang sudah penulis siapkan. Mereka juga wajib melampirkan Lembar Kerja yang sudah mereka isi sebelumnya. Pada bagian akhir laporan mereka melampirkan bukti masuk museum, kesan dan saran.
Sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa mereka sangat senang belajar sejarah dengan model kunjung museum. Selanjutnya peserta didik mempresentasikan hasil kunjungannya di depan kelas dan mendiskusikannya secara panel.
Melalui WKM penulis menyimpulkan bahwa peserta didik lebih bersemangat dalam belajar sejarah dan lebih mudah dalam memahami materi peran tokoh nasional dan daerah. Hal ini terlihat antusiasme peserta didik dari proses selama kunjungan sampai pembuatan laporan dan presentasi.
Dengan kunjung museum peserta didik dapat lebih dekat mengenal tokoh lokal dan meneladaninya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru sejarah di daerah lain pun dapat menjadikan situs atau museum yang ada di daerah masing-masing sebagai sumber belajar. Hal ini tentu harus disesuaikan dengan tema/materi yang diajarkan.