Banyak Korban Gempa Afghanistan Masih Tertimbun, Warga Gali Reruntuhan dengan Tangan
proses penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan cara seadanya. Tim penyelamat dan masyarakat menggali reruntuhan dengan tangan mereka
TRIBUNJATENG.COM, KABUL - Gempa berkekuatan 6,1 SR mengguncang Afghanistan, tepatnya di provinsi Paktika dan Khost, pada Rabu (22/6) dini hari waktu setempat, dikabarkan menelan korban tewas hingga lebih dari 1.000 orang.
Gempa yang disebut paling mematikan di negara itu dalam dua dekade tersebut juga dilaporkan menyebabkan sekitar 1.500 orang mengalami luka-luka, dan sekitar 2.000 rumah hancur, kata kantor berita pemerintah.
Orang-orang yang selamat dari musibah gempa bumi di Afghanistan melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan diri. Penduduk desa-desa di Afghanistan timur menggunakan tangan kosong untuk menggali jalan keluar.
Gempa Afghanistan 2022 terjadi di daerah timur yang berbatu dan diguyur hujan lebat, sehingga menyebabkan longsoran batu dan tanah longsor yang menghambat evakuasi.
Bahkan lantaran minim bantuan, proses penyelamatan dan evakuasi korban dilakukan dengan cara seadanya.
Tim penyelamat dan masyarakat setempat menggali puing-puing reruntuhan dengan tangan mereka pada Kamis (23/6), untuk mencari korban selamat.
Di distrik Gayan, Provinsi Paktika, penduduk desa berdiri di atas batu bata lumpur di mana dulu rumah mereka ada di sana.
Yang lain dengan hati-hati berjalan melalui lorong-lorong tanah, mengangkat reruntuhan dinding dan balok kayu untuk membuat jalan keluar.
Tingkat kehancuran penuh di antara desa-desa yang terselip di pegunungan lambat mendapatkan penanganan. Jalan-jalan yang rusak dan sulit untuk dilalui dalam keadaan terbaik, mungkin telah rusak parah, dan tanah longsor akibat hujan baru-baru ini membuat akses menjadi lebih sulit.
Sementara bangunan modern menahan gempa di tempat lain, rumah-rumah berlumpur dan bata di Afghanistan dan pegunungan yang rawan longsor membuat gempa seperti itu menjadi lebih berbahaya.
Kepala Komunikasi, Advokasi dan Keterlibatan Masyarakat UNICEF mengatakan, di salah satu distrik yang terkena gempa sekira 1.800 rumah hancur. Menurut dia, hujan yang mengguyur selama 48 jam terakhir membuat banyak jalan terblokir.
"Ini adalah rumah yang sangat sederhana yang terbuat dari batu bata lumpur yang sangat mudah hancur. Kami menempatkan beberapa tim di beberapa daerah, tetapi lebih banyak daerah pedesaan dan terpencil yang terkena dampak tanah longsor," katanya.
Arup Khan (22), seorang korban gempa Afghanistan yang sedang dirawat di rumah sakit ibu kota provinsi Paktika, Sharan, mengatakan, situasinya sangat mengerikan.
"Ada tangisan di mana-mana. Anak-anak dan keluarga saya berada di bawah lumpur," ujarnya, dikutip dari AFP pada Kamis (23/6).
Tim penyelamat pada Kamis masih berjibaku menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Rekaman yang dirilis oleh Taliban menunjukkan warga menggali parit panjang untuk mengubur orang mati.
"Orang-orang menggali kuburan demi kuburan," kata Mohammad Amin Huzaifa, Kepala Depatemen Informasi dan Kebudayaan di Paktika, provinsi yang dilanda bencana.
Menurut dia, di Paktika saja setidaknya 1.000 orang tewas, dan lebih dari 1.500 korban gempa Afghanistan luka-luka. "Orang-orang masih terjebak di bawah reruntuhan," lanjutnya.
Badan anak-anak PBB juga mengungkapkan bahwa masih ada orang yang terjebak di bawah puing-puing.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Sharan, Mohammad Yahya Wiar menuturkan, mereka melakukan yang terbaik untuk merawat semua korban gempa Afghanistan.
"Negara kami miskin dan kekurangan sumber daya. Ini krisis kemanusiaan, ini seperti tsunami," ucapnya, kepada AFP
Foto-foto dan video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan puluhan rumah rusak di daerah terpencil. Koordinator Bidang Kemanusiaan PBB untuk Afghanistan, Ramiz Alakbarov, mengungkapkan, hampir 2.000 rumah diduga hancur.
Yaqub Manzor, seorang pemimpin suku dari provinsi Paktika, mengatakan para penyintas bergerak untuk membantu mereka yang terkena dampak.
"Pasar lokal tutup dan semua orang bergegas ke daerah yang terkena dampak," katanya kepada kantor berita AFP melalui telepon.
Kementerian Pertahanan Afghanistan yang dipimpin Taliban saat ini memimpin upaya penyelamatan.
Rekaman dari provinsi Paktika menunjukkan para korban dibawa ke helikopter untuk diterbangkan dari daerah tersebut.
Sejumlah media Afghanistan menerbitkan gambar-gambar rumah yang hancur dan mayat-mayat bergelimpangan beberapa jam setelah gempa melanda.
Reuters melaporkan, sulit mengumpulkan informasi yang akurat dari desa-desa terpencil yang diguncang gempa.
Gempa Aghanistan sering terjadi terutama di pegunungan Hindu Kush di dekat persimpangan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Sebelumnya, gempa Afghanistan paling mematikan adalah pada Mei 1998 yang menewaskan 5.000 orang di provinsi Takhar dan Badakhshan, timur laut negara tersebut.
Kemudian pada 2015, lebih dari 380 orang tewas di Pakistan dan Afghanistan ketika gempa 7,5 magnitudo mengguncang kedua negara.
Adapun gempa Afghanistan terkini terjadi pada Rabu (22/6) dini hari waktu setempat, di kedalaman 10 kilometer, menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Getaran gempa Afghanistan 2022 terasa sampai Kota Lahore di Pakistan yang berjarak 480 km dari pusat gempa, termasuk di ibu kota Pakistan, Islamabad, sekitar 375 km (230 mil) jauhnya.
Departemen Meteorologi Pakistan melaporkan putas gempa berada di provinsi Paktika, Afghanistan sekitar 50 km (31 mil) barat daya kota Khost. Gempa ini mengakibatkan bangunan rusak di provinsi Khost. (Tribunnews/Kompas.com)