Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Gempa Afghanistan, Warga Gali Reruntuhan Pakai Tangan, Air Bersih Saja Tak Punya, Ribuan Orang Tewas

Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang jarang tampil ke publik meminta pertolongan pada dunia

Editor: muslimah
AFP/AHMAD SAHEL ARMAN
Seorang bocah berdiri di ambang pintu, satu-satunya bagian dari salah satu rumah yang tak runtuh oleh lumatan gempa berkekuatan magnitudo 5,9 pada Rabu (22/6/2022). Gempa ini diperkirakan telah menewaskan setidaknya 1.000 orang. 

Mereka mencari tempat berlindung atau melihat ke langit, berharap ada bantuan datang melalui jalur udara.

"Tidak ada selimut atau tenda... tidak ada tempat berteduh. Orang-orang bergeletakan di tanah terbuka," kata Ghurziwal kepada AFP, sambil menunjuk ke sisa tempat tinggalnya selama ini bersama enam anggota keluarga lain. 

"Kami membutuhkan makanan dan air. Seluruh sistem distribusi air kami hancur. Semuanya hancur."

Dalam keadaan tidak dilumat gempa saja, kawasan tersebut sudah sulit dijangkau. Jalanan rusak dan sejumlah longsor sebelum ini makin menyulitkan akses ke sana.

Sejumlah tim penolong berupaya turun tangan menggunakan helikopter untuk menuju ke lokasi terdampak gempa.

Namun, seturut penarikan pasukan Amerika dan NATO dari Afghanistan yang dimulai pada pengujung kekuasaan Presiden Donald Trump dan finalisasinya di pemerintahan Joe Biden, banyak organisasi kemanusiaan meninggalkan negara yang selama berdekade-dekade telah menjadi arena perang berbasis perebutan penguasaan sumber daya energi dan ideologi itu. 

Sebagaimana dikutip AP, Alakbarov menyebut bahwa Afghanistan tidak secara resmi meminta PBB memobilisasi bantuan dunia ke lokasi gempa. Namun, kata dia, Afghanistan membuka akses penuh ke sana bagi bantuan internasional.

Gempa Afghanistan pada Rabu berpusat di Provinsi Paktika, sekitar 50 kilometer arah barat daya dari Kota Khost.

Pusat gempa disebut hanya berkedalaman 10 kilometer dari permukaan tanah dan masuk kategori gempa dangkal yang kekuatannya cenderung menghancurkan. 

Setelah kengerian pada jam-jam pertama setelah gempa melumat Ghurza, warga yang selamat telah menguburkan 60 orang pada Rabu dan 30 orang pada Kamis. 

"Kami bahkan tidak memiliki sekop untuk menggali, tidak ada peralatan," kata Ghurziwal.

Di pelataran sisa-sisa rumahnya, ibu Ghurziwal yang berusia 80 tahun terbaring di dipan, mencoba mencari perlindungan dari terik matahari.

Pada malam setelah gempa, hujan deras mengguyur mereka yang kehilangan tempat tinggal.

Masih dari Ghurza, Nawab Khan mengatakan kepada AFP bahwa dia kehilangan tujuh anggota keluarganya. Mereka adalah istri dan enam anaknya.

Di dekatnya, sebuah tenda didirikan di sebelah rumah yang diratakan, menyediakan tempat berlindung bagi sekitar 15 wanita dan anak-anak.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved