Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Gempa Afghanistan, Warga Gali Reruntuhan Pakai Tangan, Air Bersih Saja Tak Punya, Ribuan Orang Tewas

Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang jarang tampil ke publik meminta pertolongan pada dunia

Editor: muslimah
AFP/AHMAD SAHEL ARMAN
Seorang bocah berdiri di ambang pintu, satu-satunya bagian dari salah satu rumah yang tak runtuh oleh lumatan gempa berkekuatan magnitudo 5,9 pada Rabu (22/6/2022). Gempa ini diperkirakan telah menewaskan setidaknya 1.000 orang. 

Wanita tua lainnya, mengenakan gaun beludru merah bermotif bunga dan selendang hijau panjang, kehilangan empat kerabat.

"Saya menguburkan mereka hari ini," kata perempuan yang mengaku bernama Zulfana, kepada AFP.

Sekarang, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu bantuan dan penyelamat tiba.

"Saya merasa sangat tidak berdaya, saya tidak punya satu sen pun," ujar Zulfana lirih.

Gempa pada Rabu dini hari itu merobohkan menara telekomunikasi dan memutus jaringan listrik. Jalan pun terblokir bebatuan yang longsor. 

"Ketika saya keluar dari rumah saya, keadaan sepi karena semua orang terkubur di bawah rumah mereka. Tidak ada yang tersisa di sini," kata Ghurziwal, menuturkan detik-detik gempa melumat desanya. 

Mohammad Amin Huzaifa, kepala otoritas informasi di Provinsi Paktika mengatakan informasi di lapangan sangat sulit dikumpulkan karena putusnya jaringan komunikasi dan listrik tersebut. 

"(Terlebih lagi), daerah tersebut terkena banjir karena hujan deras tadi malam... juga sulit untuk mengakses lokasi yang terkena dampak," imbuh Huzaifa, Kamis, seperti dikutip AFP.

Dari gempa ke gempa dalam kemiskinan

Badan seismologi Eropa mengatakan, gempa Afghanistan pada Rabu dirasakan hingga jarak lebih dari 500 kilometer, yang menjangkau kawasan lain di Afghanistan, juga wilayah Pakistan dan India.

Kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang buruk memperparah upaya pencarian dan penyelamatan di lokasi paling terdampak gempa ini. 

Gempa dengan kekuatan serupa di kawasan utara Afghanistan pada 2002—sekaligus salah satu yang paling mematikan sejak 1998—telah menewaskan sedikitnya 4.500 orang. 

Lokasi yang terdampak gempa pada Rabu berada di dataran yang rawan longsor, dengan banyak bangunan tua dan rapuh. 

Sebelum ada gempa ini, kehidupan lebih dari 60 persen warga Afghanistan telah bergantung pada bantuan internasional. Persentase itu setara dengan 38 juta jiwa. 

Belum lama berselang, UNICEF menyatakan pula bahwa tak kurang dari 1,1 juta anak Afghanistan berusia kurang dari 5 tahun terancam kurang gizi.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved