Warga Desa Wonokerso Batang Rasakan Banyak Manfaat Biogas
Perlahan perjuangan Kepala Desa Wonokerso, Kecamatan Limpung, Muhamidin (51) untuk meyakinkan warganya memakai biogas berhasil.
Penulis: dina indriani | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Perlahan perjuangan Kepala Desa Wonokerso, Kecamatan Limpung, Muhamidin (51) untuk meyakinkan warganya memakai biogas berhasil.
Butuh setahun lebih untuk meyakinkan warganya, bahkan tidak sedikit yang langsung menolak program pemakaian biogas.
Ia pun melakukan sosialisasi sejak 2021, menerangkan berbagai manfaat yang akan dirasakan dari biogas itu.
Menurutnya, warga yang menolak beralasan karena mereka merasa biogas akan merugikan karena mengambil kotoran sapi yang biasanya menghasilkan pupuk kandang.
"Ya awalnya ada penolakan, bahkan satu dukuh kompak tidak mau, ada juga yang tidak yakin atau ragu-ragu, perlahan saya jelaskan dengan menggelar sosialisasi bertahap dari tahun lalu," tuturnya kepada Tribunjateng.com, Senin (27/6/2022).
Seperti yang ia jelaskan pada warganya, adanya biogas akan memberikan tiga manfaat sekaligus.
"Biogas sendiri dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif untuk memasak, biogas dapat juga menghasilkan pupuk cair dan pupuk kandang yang bisa menghasilkan nilai ekonomis.
Selain itu juga memberikan kebersihan pada lingkungan sekitar dari bau, serangga dan petogen yang berasal dari timbunan kotoran sapi yang tadinya dibiarkan," terangnya.
Dari penjelasan itu, perlahan warganya pun mulai yakin apalagi dua proyek biogas selesai pada dua bulan lalu.
"Akhirnya banyak yang mau, dan percaya kalau memakai biogas itu tidak merugikan bahkan banyak manfaatnya tidak hanya menjadi pupuk saja," ujarnya.
Ia pun bercerita gagasan itu muncul saat pihak desa mengajukan bantuan untuk kelompok ternak sapi di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Tapi justru kami ditawari program biogas yang berada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng,” imbuhnya.
Program itu sudah diajukan sejak tahun 2020, tapi baru terlaksana pada 2022 karena Pandemi COVID-19.
Alasan desanya terpilih karena banyak warga yang berternak sapi yaitu sekitar 25 peternak sapi di Desa Wonokerso.
“Program biogas baru berjalan April 2022, pemanfaatan baru efektif setelah lebaran lalu yang berasal dari bantuan program biogas swakelola dengan total anggaran Rp 165 juta pada 2021 sebanyak 6 unit untuk 4 desa dan pada 2022 pengajuan kembali sebanyak 15 unit untuk 3 desa dengan total anggaran Rp 324 juta,” jelasnya.
Lebih lanjut, dijelaskannya proses penguraian kotoran sapi menjadi gas dinamakan anaerobik digester yang dimaksud teknologi yang memanfaatkan proses biologis dimana bahan organik oleh mikroorganisme anaerobik terurai dalam ketiadaan oksigen terlarut atau di ruang kedap udara.
Komponen utama dari energi biogas ini adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).
Kedua gas tersebut dapat dibakar atau dioksidasi dan melepas energi, sehingga energi tersebutlah yang dapat dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan sehari-hari.
"Akan tetapi, besarnya komponen gas tersebut tergantung pada proses anaerobik dan komposisi dari bahan dasar pembuatan energi biogas," terangnya.
Semakin besar kandungan metana dari energi biogas, maka akan semakin besar juga energi yang bisa dihasilkan dari biogas tersebut
Biogas dapat dikembangkan untuk rumah tangga dengan ukuran 6 meter kubik hingga 8 meter kubik.
“Untuk biaya pembuatan per unit biogas bisa bervariasi tergantung ukuran yang dibuat, misal untuk ukuran biogas antara 6 meter kubik hingga 100 meter kubik memerlukan biaya Rp 18 juta hingga Rp 200 juta” pungkasnya.(din)