Pengamat: Kendaraan Baru Harus Pakai BBM RON Tinggi
langkah-langkah pembatasan penyaluran Pertalite dan Solar harus dilakukan, yakni melalui MyPertamina.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, langkah-langkah pembatasan penyaluran Pertalite dan Solar harus dilakukan, di mana Pertamina sekarang membuka pendaftaran untuk kendaraan konsumsi BBM bersubsidi melalui MyPertamina.
"Dengan pembatasan ini, maka subsidi untuk BBM menjadi tepat sasaran," katanya, saat dihubungi, Rabu (29/6).
Namun, Mamit mengusulkan kendaraan baru harus mengkonsumsi BBM non subsidi. "Untuk kendaraan yang masih baru dan cc besar, ya saya kira wajib menggunakan BBM ron tinggi yang sudah memenuhi standar EURO IV," ujarnya.
"Yang tidak berhak, memang harus menggunakan BBM ron tinggi, karena memang ini jauh lebih baik bagi mesin sendiri. Mesin performancenya bagus, jarak tempuh lebih jauh, biaya perawatan lebih murah," sambung Mamit.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM), Henry Tanoto mengaku belum bisa berkomentar dari sisi rencana penerapan regulasi pembatasan pembelian Pertalite untuk jenis mobil tertentu.
Namun dari sisi otomotif, menurut dia, penggunaan bahan bakar yang tepat atau lebih baik akan berdampak positif bagi mobil, baik secara performa maupun durabilitas.
Selain itu, ia menilai, penjualan mobil biasanya lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional. Kalaupun kebijakan pembatasan pembelian Pertalite diberlakukan, masih diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk menilai dampaknya bagi pasar otomotif.
“Sebab, efeknya belum tentu sama ke setiap segmen kendaraan, termasuk apabila terjadi switching permintaan di beberapa segmen tertentu,” ujarnya, Selasa (28/6).
Terlepas dari itu, Toyota sebenarnya sudah cukup lama menyiapkan dan bahkan memasarkan mobil yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan irit penggunaan bahan bakar.
Adopsi teknologi elektrifikasi diharapkan dapat diperluas ke berbagai segmen mobil Toyota, selain pengembangan pada segmen mobil konvensional yang tetap dilakukan oleh pabrikan asal Jepang tersebut.
Pihak TAM juga memastikan bahwa seluruh mobil Toyota, baik penumpang maupun komersial telah menggunakan teknologi standar emisi Euro-4. “Harapannya kami bisa terus menyesuaikan teknologi dan memberikan dampak ke masyarakat,” jelas Henry.
Adapun, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy menyebut, secara aktual saat ini sebagian besar Honda tidak memiliki mesin berkapasitas di atas 2.000 cc.
Meski demikian, HPM tetap akan mempelajari dampak rencana kebijakan pembatasan konsumsi Pertalite itu apabila jadi diterapkan.
Ia menilai, tren di pasar otomotif saat ini sudah mulai mengarah pada produksi mobil-mobil dengan mesin lebih kecil namun tetap memiliki tenaga yang besar.
Honda pun saat ini sedang fokus mengembangkan mobil dengan mesin yang lebih compact, hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan.
“Di sisi lain, mobil tersebut juga tetap memiliki tenaga yang besar, misalnya dengan menerapkan teknologi turbo untuk beberapa model,” tuturnya, Selasa (28/6). (Tribunnews/Seno Tri Sulistiyono/Kontan.co.id/Dimas Andi)