Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

Kisah Nenek Usia 80 Tahun di Kendal Berkurban Sapi dari Hasil Memulung

Mbah Jum meski usia sudah 80 tahun tampak masih bisa bekerja, memungut dan mengumpulkan barang rosok bernilai ekonomis. Setelah lebih dari 15 tahun me

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Jumiah, nenek 80 tahun asal Kendal bekerja sebagai pemulung berhasil membeli sapi Rp 22 juta untuk kurban hasil kerja kerasnya selama 15 tahun, Selasa (28/6/2022). 

 

TRIBUNJATENG.COM - Mbah Jum meski usia sudah 80 tahun tampak masih bisa bekerja, memungut dan mengumpulkan barang rosok bernilai ekonomis. Setelah lebih dari 15 tahun memulung, Mbah Jum punya tabungan Rp 22 juta, untuk berkurban sapi.

Usianya sudah 80 tahun. Jalannya masih tegak. Bicara jelas dan pendengaran masih bagus. Adalah Mbah Jumiah warga Kendal ini masih sanggup menjadi pemulung, mencari rosok, memunguk kardus, plastik, botol dan sebagainya. Setelah belasan tahun memulung barang rosok, hasil penjualannya terkumpul lalu digunakan untuk kurban seekor sapi, tahun 2022 ini.

Tribunjateng.com datang ke tempat domisilinya di di Kampung Gagakan, RT 4 RW 2, Kelurahan Sijeruk, Kecamatan Kota Kendal, Selasa (28/6/2022). Tampak Mbah Jumiah melakukan aktivitgas sehari-hari, yaitu menata barang rosok dan memilah memilih kardus maupun plastik di rumah itu.

Kepada Tribunjateng.com, Mbah Jumiah bisa bicara jelas. Dia mengaku sudah lebih dari 15 tahun menjalani hidup menjadi pemulung. Kegigihannya mencari rosok-rosok di jalani demi mengumpulkan uang. Dia mempunyai cita-cita pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah Haji dengan uang tabungannya.

Dahulu dia tinggal bersama suami di gubuk kecil dengan berjualan makanan. Setelah suami meninggal, Jumiah tinggal sebatang kara di rumah peninggalannya itu. Sedangkan anak-anak tirinya sudah berkeluarga dan hidup terpisah.

Kumpulkan Rosok

Sejak itu, Jumiah mulai menjajaki profesi barunya sebagai tukang pencari rosok atau pemulung.

Setiap hari dia mencari barang-barang bekas menyusuri jalanan di wilayah Kota Kendal. Nenek 80 tahun ini biasa mulai memulung pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Seberapa banyak barang yang ia dapat selalu disyukuri tanpa mengeluhkan keadaan.

"Enggak mesti (mulungnya, red). Kadang jauh, berangkatnya jalan kaki, pulangnya becak. Enggak kuat bawa rosok," terangnya, Selasa (28/6/2022).

Dia sehari-hari bersemangat mencari barang rosok. Setelah dipilah-pilah dan terkumpul banyak, ada orang datang ke rumahnya untuk beli barang rosok tersebut.

"Wonge mrenre. (Pembeli datang ke sini)," terang Mbah Jumiah saat ditanya bagaimana cara penjualan.

Rp 22 Juta

Sebenarnya dia mengaku punya keinginan kuat untuk ibadah haji ke Tanah Suci. Impian itu ia genggam kuat sejak suaminya meninggal dengan menjadi seorang pekerja keras dan berhasil mengumpulkan tabungan Rp 22 juta.

Jumiah mengaku, tabungan itu tidak akan terkumpul tanpa bantuan anak tirinya. Setiap mendapatkan uang dari hasil penjualan rosok, Jumiah menyisihkan sebagaiannya untuk kebutuhan makan sehari-hari.

Selebihnya ia titipkan kepada anak tirinya untuk ditabungkan.

"Saya nabungnya ke anak, enggak dihitung jumlahnya. Kalau ada saya kasihkan ke anak," ujar dia.

Pendapatan Jumiah dari hasil memulung tidak menentu. Terkadang, dia mendapatkan uang Rp 35.000 - Rp 60.000 dalam sepekan, tergantung seberapa banyak hasil rosok yang didapatkannya. Saat ditanya kurban untuk nama-nama siapa saja, Mbah Jum bisa menyebut 7 nama orang dengan jelas dan lantang.

Ingin Naik Haji

Penghasilan jual rosok itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Semuanya dikerjakan dengan ikhlas tanpa harus meminta-minta kepada tetangga.

Dia juga tak pernah mengemis di pasar atau jalanan. Dana jerih payahnya yang semula diniatkan untuk berangkat Haji digunakan untuk membeli sapi agar bisa berkurban tahun ini.

Dia ingin, kelak bisa naik sapi kurban bersama orang-orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Seperti, suami, orangtua, dan saudara-saudaranya. Jumiah tak melupakan niatnya untuk pergi ke Tanah Suci. Dia pun mulai mengumpulkan kembali tabungan agar bisa menunaikan ibadah Haji.

"Senang bisa kurban, besok bisa naik sapi. Nabung lagi buat Haji," tuturnya.

Saat ini, dana tabungan Jumiah sudah dibelikan seekor sapi oleh cucunya. Sapi itu akan disembelih sebagai hewan kurban di Masjid Besar Darul Muttaqin Kebondalem Kendal, bersamaan penyembelihan hewan kurban lainnya.

Serahkan ke Mesjid

Ketua panitia penyembelihan hewan kurban Masjid Besar Darul Muttaqin Kebondalem, Khoirur Roziqin mengatakan, Jumiah sudah memasrahkan sapinya untuk disembelih bersama hewan kurban lain di masjid.

Dia mengaku kagum dengan kerja keras sang nenek hingga bisa berkurban seekor sapi. Apalagi, kondisi ekonomi Jumiah tergolong sebagai keluarga kurang mampu.

Khoirur Roziqin berharap, kegigihan nenek 80 tahun itu jadi contoh untuk semua pihak tanpa terkecuali. Menggambarkan kegigihan, keuletan, kesabaran, dan kerja keras tanpa lelah seorang perempuan lanjut usia.

"Tentu kami kagum dengan perjuangan Mbah Jum (Jumiah). Nanti sapi dari Mbah Jum akan disembelih bersama hewan kurban lainnya. Total ada 4 ekor sapi dan 9 ekor kambing yang akan disembelih di Masjid Darul Muttaqin dari warga sekitar. Kami berkomitmen akan menjaga amanah para warga yang berkurban, serta membagikan daging kurban sesuai dengan ketentuan syariat yang ada," terang dia. (Saiful Ma'sum/TRIBUN JATENG CETAK)

Sumber: Tribun Jateng
Tags
Idul Adha
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved