Puisi Yogyaku Cak Nun Emha Ainun Najib
Berikut puisi Yogyaku Cak Nun Emha Ainun Najib 1984 Candradimuka hanya kawah panas seribu panas tapi Yogyaku apimu membekukan dinginmu memanggang
Penulis: Ardianti WS | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM- Berikut puisi Yogyaku Cak Nun Emha Ainun Najib
1984
Candradimuka hanya kawah panas seribu panas
tapi Yogyaku apimu membekukan dinginmu memanggang
Di kawah aku mengolah baja namun engkau
menantang keabadianku di antara pijar matahari dan
malaikat salju
Di pelukanmu ngantuk aku tapi jika kudengar
detak jantung rahasiamu kuperoleh Tidur yang sebenarnya
Tidur abadi, sunyi segala sunyi, terkatup mulutmu
karena tahu sang Sutradara hanya menorehkan sepi
Yogyaku senyumanmu linuhung di belakang
punggung beribu orang yang mengigau pernah ketemu dan
bercakap-cakap denganmu
Anak-anak kecil yang menghiasimu dengan beratus
gelar, menabur janji, menancapkan papan-papan ikrar
dan menyuratkan buih-buih mimpi yang terbengkalai
Kata-kata macet di tengah pidato silang tindih,
nilai-nilai undur diri kepadamu di tengah program bingung
dan gerak yang serba rancu, ruh anak-anakmu terguncang
oleh kendaraan-kendaraan yang kesurupan di atas
danau-danau jalan rayamu
Kemudian sekian ratus di antara mereka,
mati rahasia, dan engkau tahu persis jumlahnya tanpa meraka
pernah kepadamu membukakannya
Yogyaku senyuman linuhungmu mengurung bagai
hamparan langit yang mahasabar, Yogyaku engkau
memaafkan para pelacur dan maling di jalan dan di singgasana
Di jalan, di gang-gang sempit, engkau menanam janji
sunyi, di singgasana engkau menaruh rasa iba hati, karena jika
engkau dijual untuk sepiring nasi, sesungguhnya engkau tak
kan pernah bisa digadaikan atau dicuri
Yogyaku engkau diangkut dari sungai masa silam
dengan truk hari depan, Yogyaku engkau direbut dari masa
datang dan tergesa dilempar ke museum ke alam abad silam,
waktu tak di dalam ruang, juga tak di luarnya,
tak di sela garis batasnya