Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Apa Itu Melukat? Tradisi Pembersihan Rohani dan Menyucikan Diri di Bali

Apa itu melukat? Berikut mengenai tradisi pembersihan rohani yang dilakukan umat Hindu di Bali.

Penulis: non | Editor: galih permadi
KOMPAS.com/SRI LESTARI
Apa Itu Melukat? Tradisi Pembersihan Rohani dan Menyucikan Diri di Bali 

Apa Itu Melukat? Tradisi Pembersihan Rohani dan Menyucikan Diri di Bali

 

TRIBUNJATENG.COM - Apa itu melukat? Berikut mengenai tradisi pembersihan rohani yang dilakukan umat Hindu di Bali.

 

Apa Itu Melukat?

 

Melukat berasal dari kata Lukat (Bahasa Kawi, Bali) yang memiliki arti pembersihan.

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia melukat memiliki arti melepaskan.

 

Melansir Kompas.com, ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan,

 

melukat sendiri berasal dari kata Sulukat yakni “Su” yang artinya baik dan “Lukat” yang memiliki arti penyucian.

 

"Artinya menyucikan diri untuk memperoleh kebaikan," ujar Sudiana

 

Diterangkan dalam Wikipedia, melukat adalah upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia.

 

Upacara ini dilakukan secara turun-temurun oleh umat Hindu hingga saat ini.

 

Pensucian secara rohani artinya menghilangkan pengaruh kotor/klesa dalam diri.

 

Tradisi ini dilaksanakan di pura Tirtha Empul, Tampaksiring, Bali, Indonesia.

 

Melukat berasal dari kata sulukat yakni su yang berarti baik dan lukat yang artinya pensucian.

 

Biasanya, upacara Melukat dipimpin oleh seorang pemangku.

 

Sesajian seperti prascita dan bayuan yang disiapkan dengan diberikan mantra-mantra.

 

Orang yang akan diupacarai akan dimantrai terlebih dahulu oleh pemangku.

 

Setelah proses pemantraan selesai, orang yang akan diupacarai disiram dengan air kelapa gading.

 

Setelah mandi air kelapa gading, ritual dilanjutkan dengan pemandian di danau, sungai, laut atau tempat pemandian yang diyakini membawa berkah.

 

Upacara ini dilakukan pada saat bulan purnama, tilem, Kajeng Kliwon.

 

Upacara Melukat sering dilakukan beramai-ramai, misalnya oleh sekolah, jawatan, pemerintahan, atau masyarakat setempat.

 

Upacara ini dilaksanakan di tempat bersejarah, di pura, tempat pemandian, dan laut yang ada di Bali.

 

Makna melukat yang dijelaskan pustaka suci Manawa Dharmasastra Bab V Sloka 10 menyebutkan;

 

1. Abdhir gatrani wddyanti (tubuh dibersihkan dengan air)        

 

2. Manah satyena (pikiran dibersihkan dengan kejujuran)          

 

3. Cuddhyti, cidyata pobhyam (roh dibersihkan dengan ilmu dan tapa)

 

4. Buddhir jnanena cuddhyatir (akal dibersihkan dengan kebijaksanaan)

 

Setelah menerapkan makna dan arti sloka tersebut, maka melutkan peun menggunakan sarana air sebgai pembersihan

 

Sebelum melakukan pelukatan, umat terlebih dahulu melakukan persembahyang dan menghaturkan banten (sesaji)

 

dengan canang sari dengan sesari, dupa dan alat persembahyangan lainnya.

 

Selain itu, masyarakat diminta untuk memohon doa kepada Dewa-Dewi yang berada di tempat pemelukatan

 

agar dilancarkan dalam menysucikan energi-energi negatif dari dalam tubuh.

 

Selanjutnya, masyarakat Hindu yang hendak melakukan pelukatan tidak diperkenankan untuk memakai pakaian secara penuh.

 

Namun diperkenankan untuk mengenakan kamben bagi laki-laki sedangkan perempuan mengenakan kamben yang menutup dari bagian atas.

 

Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan energi-energi positif mudah masuk dengan sempurna ke dalam tubuh.

 

Dilansir oleh Tribun Bali, menurut Kementrian Agama Hindu Kota Gianyar mengungkapkan bila hari baik dalam melakukan pengelukatan,

 

yakni satu hari sebelum atau pun sesudah  purnama.

 

Selain itu, hari baik lainnya seperti; ngembak geni, banyu pinaruh, tilem.

 

Weda menyebutkan, matahari mempengaruhi kehidupan dan bulan turut mempengaruhi pikran.

 

Lebih Lanjut, Sudiana mengatakan, ritual melukat juga sebagai bentuk persiapan diri sebagai umat manusia

 

untuk memulai kehidupan baru dan tentu lebih baik di masa selanjutnya.

 

Melukat harus dipimpin oleh sulinggih atau pendeta Hindu.

 

Sesajen seperti canang sari akan disiapkan dengan diberikan mantra-mantra oleh sulinggih.

 

Selain itu, air kelapa gading juga dipersiapkan karena dianggap diyakini sebagai air suci.

 

"Jadi orang yang akan melukat itu akan dimantrai terlebih dahulu oleh pemangku. 

 

Baru setelah itu dilakukan upacara berupa disiram dengan air kelapa gading. Pada saat disiram itu lah dibersihkan dia," terangnya. (tribunjateng/non)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved